A.
Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Lahirnya interaksi yang optimal
tentu saja tergantung dari pendekatan yang dilakukan guru dalam rangka
pengelolaan kelas “(Sobry Sutikno, 2007) Sebagai berikut:
1.
Pendekatan kekuasaan.
Yaitu adanya kekuasaan guru dalam mengawasi atau mengontrol
tingkah laku siswa sekaligus merupakan norma yang berlaku dan ditaati oleh
siswa sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
2.
Pendekatan kebebasan.
Pengelolaan kelas memberikan suasana dan kondisi belajar
yang memungkinkan anak merasa merdeka, bebas, nyaman, penuh tantangan, dan
harapan dalam melakukan aktivitas belajar.
3.
Pendekatan keseimbangan peran.
Pendekatan ini dilakukan dengan memberi seperangkat aturan
yang disepakati oleh guru dan siswa. Isi aturan ini berkaitan dengan apa yang
harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan guru dalam merespons semua masalah
atau situasi yang terjadi dikelas.
4.
Pendekatan pengajaran.
Pendekatan ini menghendaki peran guru untuk mencegah dan
menghentikan tinkah laku anak yang kurang menguntungkan proses pembelajaran.
5. Pendekatan
perubahan tingkah laku.
Tingkah laku siswa yang kurang baik di ubah agar menjadi
baik dan yang sudah baik diupaakan dipertahankan.
6.
Pendekatan
suasana emosional dan hubungan sosial.
Menurut pendekatan
ini, pengeloaan kelas merupakan
suatu proses penciptaan iklim atau suasana emosional dan hubungan
sosial yang positif antara guru dengan siswa dan anara siswa dengan siswa
dikelas.
7.
Pendekatan pluralistik.
Pendekatan ini
menekankan pada potensi, kreatifitas dan inisiatif guru dalam mengontrol
pembelajaran serta pendekatan ini harus berdasarkan situasi.
8.
Pendekatan
Proses Kelompok ( Group Proses Approach ).
Pengelolaan kelas adalah seperangkat
kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang
efektif.
9.
Pendekatan
Pluralistik ( Electis Approach ).
Adalah pandangan yang mencakup tiga
pendekatan ( perubahan tingkah laku, iklim sosio emosional, dan proses
kelompok).
B. Perwujudan Pengelolaan Kelas
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi perwujudan management atau pengelolaan
kelas adalah sebagai berikut:
1.
Kurikulum.
Setiap tingkat dan
jenis sekolah diperlukan kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan masarakat yang
semakin komplek dalam perkembangannya. Kurikulum yang digunakan di sekolah
sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas kelas dalam mewujudkan proses
belajar mengajar yang berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa.
2.
Sarana dan pra sarana.
Perencanaan
dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan
luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang harus disesuaikan dengan
kurikulum yang digunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat berubah
sedang ruangan atau gedung bersifat permanen, maka diperlukan kreativitas dalam
mengatur pendayagunaan ruang atau gedung yang tersedia berdasarkan kurikulum
yang dipergunakan demi terciptanya suasana belajar mengajar seperti yang telah
diinginkan.
3.
Guru.
Progam
kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu
peran guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan di
antara murid-murid suatu kelas.
4.
Murid.
Murid
merupakan potensi kelas yang harus di manfaatkan guru dalam mewujudkan proses
belajar mengajar yang efektif.
5.
Dinamika kelas.
Kelas
adalah kelompok sosial yang harus dipergunakan oleh setiap wali atau guru kelas
untuk kepentingan murid dalam proses kependidikannya. Dinamika kelas pada
dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara
terarah yanng dikembangkan melalui kreativitas dan inisiatif murid sebagai
suatu kelompok.
6.
Lingkungan sekitar.
Adapun
keberhasilan suatu proses belajar mengajar sedikit banyak juga dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar. Sebab bilamana dalam proses belajar mengajar tempat atau
lingkungan yang digunakan tempat yang kumuh misalnya secara tidak langsung
bagaimana keberhasilan dalam proses belajar mengajar bisa tercapai.
Sehubungan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi perwujudan pengelolaan kelas disini juga akan disebutkan tentang
mengapa pengelolaan kelas tidak mudah teretera atau tidak mudah dijalankan:
1.
Berdimensi
banyak.
Di
kelas guru dituntut untuk melaksanakan berbagai tugas yanng meliputi
tugas-tugas akademik dan tugas penunjangnya, yakni tugas-tugas adsministratif.
Tugas
edukatif: menyusun persiapan mengajar lengkap dengan alat serta sumber,
menyampaikan pelajaran dan mengevaluasi.
Tugas
administratif: meliputi pekerjaan mengabsen, mencatat data siswa, menyusun
jadwal, mencatat hasil-hasil pengajaran dan masih banyak lagi.
2.
Serentak.
Berbagai
hal dapat terjadi pada waktu yang sama di kelas yang satupun tidak dapat
ditunda. Misalnya selama dilaksanakan diskusi, guru tidak hanya mendengarkan
dan membantu mengarahkan pikiran siswa, tetapi juga harus memantau siswa-siswa
yang kurang efektif melibatkan diri dalam kegiatan, dan mencari strategi agar
diskusi dapat berjalan dengan baik.
3.
Segera.
Proses
pengajaran yang terjadi di kelas dapat dikatakan cukup cepat, dengan waktu yang
dijadwalakan tersebut guru harus bisa membaginya sedemikian hingga cukup
efektif menghasilkan sesuatu yang dikuasai oleh siswa.
4.
Iklim
kelas yang tidak bisa diramalkan terlebih dahulu.
Iklim
yang terjadi di kelas bukan semata-mata merupakan hasil upaya guru. Banyak
faktor telah mempengaruhi terjadinya iklim kelas, dan beberapa diantaranya
datang dengan tiba-tiba.
5.
Sejarah.
Peristiwa
yang terjadi di kelas akan mempunyai dampak yang dirasakan dalam waktu yang
jauh sesudahnya. Seperti yang dikemukakan dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Emmer, Everston dan Anderson (1980), peristiwa yang terjadi pada waktu
awal-awal sekolah akan banyak berpengaruh pada pengelolaan kelas pada
tingkat-tingkat berikutnya. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap kelas-kelas
yang begitu mudah dikelola tetapi sebaliknya ada yang sangat sulit.ternyata
bahwa kelas yang mudah dikelola merupakan kelanjutan dari kelas yang pada waktu
di kelas awal ditangani dengan baik LINGKUNGAN BELAJAR YANG KONDUSIF.
Untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, seluruh komponen-komponen
tersebut diatas perlu dilengkapi. Disamping itu, di dalam buku Quantum
Teaching juga disebutkan bahwa memahami kaitan antara pandangan sekeliling
dan otak itu penting untuk mengorkestrakan lingkungan belajar yang kondusif.
Sebuah
gambar lebih berarti daripada seribu kata. Gambar atau alat peraga lainnya
dapat merangsang modalitas visual, dan juga dapat menyalakan jalur saraf
(pandangan sekeliling dan kaitan mata otak), yang kemudian akan mengeluarkan
beribu-ribu asosiasi dalam kesadaran. Kaitan ini menyediakan konteks yang kaya
untuk pembelajaran yang baru.
Otak
berbicara kepada diri sendiri melalui citra-citra asosiatif. Komunikasi di
dalam otak dicirikan dengan bahasa metaforis-simbolis, sehingga otak bisa terdapat
beberapa pikiran sekaligus.
DAFTAR PUSTAKA
http://aniendriani.blogspot.com/2011/03/pendekatan-dalam-pengelolaan-kelas.html
diakses
pada tanggal 7 Mei 2014 pkl 19.00 WIB
http://mbegedut.blogspot.com/2010/11/faktor-yang-mepengaruhi-perwujudan.html
diakses pada tanggal 7 Mei 2014 pkl 19.30 WIB
diakses
pada tanggal 7 Mei 2014 pkl 19.45 WIB