Jumat, 13 Juni 2014

DISIPLIN DALAM PENGELOLAAN KELAS



A.      Hakekat Disiplin Kelas
Disiplin kelas diartikan secara berbeda oleh beberapa ahli. Ada yang mengatakan bahwa disiplin kelas merupakan suasana ketenangan di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran bisa berjalan dengan lancar. Ada yang mengartikan sebagai seperangkat perilaku di pihak pebelajar (siswa) yang menghindari kekacauan dan penyimpangan; adapula yang menafsirkan sebagai usaha di pihak pembelajar (guru) untuk mengontrol perilaku pebelajar (siswa) sehingga mereka terlibat dan berkonsentrasi penuh. Ada juga yang mengatakan disiplin adalah reaksi atau tindakan pembelajar (guru) terhadap pebelajar (siswa) yang tidak berperilaku tepat dan mengganggu (Winkel, 1996).
Menurut penulis, disiplin diartikan sebagai ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan, yaitu pada tingkat ketaatan seorang pebelajar (siswa) terhadap peraturan kelas, kemauan untuk membangun atau memelihara keteraturan dalam kelas.
Alasan pentingnya kedisiplinan kelas bagi pebelajar (siswa) dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.         Agar pebelajar(siswa) mampu mendisiplinkan diri sendiri.
2.         Disiplin merupakan pusat berputarnya kehidupan sekolah.
3.         Disiplin yang tinggi akan menuju kepada terciptanya iklim atau suasana belajar yang kondusif dan efesien.
4.         Tingkat ketaatan yang rendah akan menjurus kepada tidak adanya pebelajar (siswa) yang diharapkan.
5.         Jumlah pebelajar (siswa) dalam satu kelas umumnya banyak.
6.         Kebiasaan berdisiplin di sekolah diharapkan menghasilkan kebiasaan berdisiplin di masyarakat.
Terdapat banyak unsur yang berperan dalam menciptakan suasana disiplin kelas (Winkel, 1996) di antaranya adalah:
1.         Keadaan awal siswa yang actual.
2.         Hak dan kewajiban para pebelajar.
3.         Kebutuhan para pebelajar.

B.       Strategi Penanaman dan Penanganan Disiplin Kelas
Penanaman disiplin terhadap pebelajar (siswa) memang tidak mudah. Namun, dengan menanamkan kebiasaan yang baik pada setiap aktivitas pebelajar (siswa) yang ditindak lanjuti dengan pendampingan dan pengontrolan lambat laun akan menghasilkan sebuah karakter disiplin yang baik. Untuk itu ada baiknya penanaman disiplin tersebut dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1.         Menjadi model atau memberi contoh.
2.         Mengadakan pertemuan kelas secara berkala.
3.         Menerapkan aturan secara luwes.
4.         Menyesuaikan aturan dengan tingkat perkembangan pebelajar (siswa).
5.         Meningkatkan partisipasi pebelajar (siswa).
6.         Mengabaikan.
7.         Manatap atau memandang agak lama.
8.         Menggunakan isyarat nonverbal.
9.         Mendekati.
10.     Memanggil nama pebelajar (siswa).
11.     Mengabaikan secara sengaja.
Adapun cara-cara penanganan atau penanggulangan ketidak disiplinan kelas dapat dikelompokkan yaitu sebagai berikut:
1.         Memberi hukuman serta bijaksana dan edukatif.
2.         Melibatkan orang tua.
3.         Perilaku agresif dapat diatasi antara lain dengan cara:
a.         Menukar teman duduk.
b.        Menghindari konfontrasi.
c.         Mendinginkan emosi/suasana.
d.        Menghindari kata-kat kasar.
e.         Konsultasi dengan pihak lain.
4.         Tindakan korektif yang meliputi:
a.         Lakukan tindakan dan bukan ceramah.
b.        Do not bargain.
c.         Gunakan kontrol kerja.
d.        Menyatakan peraturan dan konsekuensinya dengan jelas.
e.         Tindakan penyembuhan.
Emmer & teman-temannya (2003) dan Levin & Nolan (200), menyarankan 7 cara sederhana untuk menghentikan secara cepat perilaku indisipliner para pebelajar, selama proses pembelajaran, ketujuh point ini merupakan cara-cara yang besifat gradual atau bertahap. Tujuh cara tersebut yaitu:
1.         Lakukan dengan kontak mata (make eye contact).
2.         Membuat lelucon atau humor sederhana atau memberikan pertanyaan.
3.         Mempertanyakan akibat negatif dari perbuatan yang dilakukan oleh pebelajar (siswa).
4.         Mengingatkan kembali apa yang telah disepakati dalam aturan pembelajaran atau kontak belajar.
5.         Mengingatkan kembali aturan yang telah dibuat, dan menindak lanjuti dengan pertanyaan.
6.         Jika pebelajar (siswa) masih terus melakukan hal yang sama setelah tahap kelima, katakan dengan jelas sekali lagi point yang diinginkan, seperti; cukup bermainnya...sekarang kita akan...
7.         Tawarkan pilihan.

C.      Indikator Pengelolaan Kelas yang Berhasil
Indikator pengelolaan kelas yang berhasil adalah berikut ini:
1.         Pembelajar (guru) mengerti perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas.
2.         Sebagai pebelajar (siswa) jika anda pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah.
3.         Pembelajar (guru) mengetahui perbedaan antara prosedur kelas  dan rutinitas kelas.
4.         Pembelajar (guru) melakukan pengelolaan kelas dengan mengorganisisir prosedur-prosedur.
5.         Pembelajar (guru) tidak mendisiplinkan pebelajar (siswa) dengan ancaman-ancaman dan konsekuensinya.
6.         Pembelajar (guru) mengerti bahwa perilaku pebelajar (siswa) di kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan disiplin bisa dipelajari
Ada dua hal yang membedakan antara pembelajar (guru) yang berhasil dengan yang tidak berhasil yaitu:
1.         Pembelajar (guru) yang kurang berhasil menghabiskan hari-hari pertama di tahun ajaran dengan langsung mengajarkan subyek mata pelajaran kemudian sibuk mendisiplinkan pebelajar (siswa) selama setahun penuh.
2.         Pembelajar (guru) yang efektif menghabiskan dua minggu pertama ditahun ajaran dengan meneguhkan prosedur dan mereka mengetahui secara pasti multiple intellegence pebelajar (siswa).

DAFTAR PUSTAKA

Azhar Imam, Pengelolaan Kelas, Yogyakarta:
penerbit insyira, 2013
Bahri Djamarah, Saiful, Stategi Belajar Mengajar, 2010, Jakarta :
Rineka Cipta




Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

- See more at: http://blog-triks.blogspot.com/2011/05/pasang-emoticon-di-kotak-komentar-versi.html#sthash.VCvcG6HH.dpuf