SEJARAH,
SISTEM DAN POLA PENDIDIKAN JERMAN
Disusun Oleh :
Ahmad Anif Wahbullah
Program Studi Pendidikan Agama Islam
(PAI)
KATA PENGANTAR
Alhamduillahi robbil “alamin rasa
syukur selalu kepada Allah SWT karena rahmat dan nikmatnya kami masih diberi
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing dan temam-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam mudah-mudahan
tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, panutan berdzikir,
berfikir dan beramal shaleh, panutan kita bergerak sepanjang massa.
Pada makalah ini penulis ingin
membahas tentang sejarah, system dan model pendidikan di jerman, Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………… 2
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………. 3
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ……………………………………………………………………… 4
B.
Rumusan Masalah
…………………………………………………………………… 4
C.
Tujuan ………………………………………………………………………………. 4
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Pendidikan Jerman ………………………………………………………… 5
B.
Sistem dan Pola
Pendidikan Jeran ……………........………………………………... 6
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan …………………………………………………………………………. 11
B.
Saran
………………………………………………………………………………... 11
BAB
IV
A.
Daftar Pustaka
……………………………………………………………………… 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Saat
membayangkan pendidikan di jerman yang muncul adalah pendidikan yang cukup
teratur, dengan disiplin kaku dan setiap aktivitasnya di atur sampai
sekecil-kecilnya. Seperti kebanyakan sejarah pendidikan eropa lain yang konsep
pendidikanya muncul dari system pendidikan kemiliteran. Aspek pendidikan di
jerman cukup mempunyai peran penting dalam kemajuan Negara ini, dari situlah
kita perlu mengupas tentang sejarah pendidikan di jerman. Sisitem dan pola
pendidikan di jerman.
B.
Rumusan Masalah
@ Bagaimana
Sejaran Pendidikan di Jerman?
@ Bagaimana
Sistem Pendidikan di Jerman?
@ Bagaimana
Konsep pendidikan di Jeman?
C.
Tujuan
@
Menjelaskan
Sejaran Pendidikan di Jerman
@
Menjelaskan
Sistem Pendidikan di Jerman
@
Menjelaskan
Konsep pendidikan di Jeman
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PENDIDIKAN
DI JERMAN
Kemajuan pendidikan
di jerman muncul pada abad ke 19 yang di sebabkan oleh kesadaran Negara-negara
bagian jerman dan iklim Negara eropa yang lain yang mulai menjadikan pendidikan
sebagai bagian utama pendidikan nasional. Bahkan pendidikan system pendidikan
di jerman banyak di adopsi oleh Negara-negara eropa baik secara utuh maupun
melalui modifikasi seperti Skandinavia, Swiss dan Amerika Serikat.
Prusia
adalah satu Negara bagian jerman yang tetap merdeka selama hampir merdeka
sepanjang abad lalu, Negara inilah yang mengukir kesan kuat pendidikan jerman
di luar negeri. Negara bagian ini mempunyai peran penting dalam kemajuan
pendidikan di jerman, disebabkan oleh kemerdekaan Negara ini yang cukup lama,
Negara ini abad ke -16 sudah berhadapan dengan Reformasi, sehingga proses
keilmuan di prusia lebih matang dibandingkan Negara bagian yang lain.[1]
Seperti
pendidikan di Negara eropa yang lain yang meyoritas penduduk memeluk agama
Kristen, pendidikan di Jerman tidak lepas dari ikut campur dari kalangan Gereja.
Sudah menjadi tradisi semenjak awal abad pertengahan bahwa geraja selalau
terlibat dalam pendidikan, pendidikan mulai bias lepas dari pengaruh gereja
saat abat ke 17, para pastsedangkan the Lander (asal mula kekuasaan
daerah) selalau pula mengatakan bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas
pendidikan. Pengumuman resmi mengenai wajib belajar pada beberapa daerah
semanjak akhir abad ke-17 dapat dianggap sebagai penanda resmi bahwa masalah
pendidikan adalah tanggung jawab negara. Semenjak itu, pengaruh gereja secara
umum mulai berkurang. Maka masalah pendidikan mulai saat itu terletak terutama
pada kekuatan politik para guru, orang tua, siawa/mahasiswa sebagai perubahan
dalam sistem pendidikan, semenjak itu pula pembicaraan di tingkat “Lander”
berlangsung terus tentang tujuan reformasi pendidikan. Pemerintah negara bagian
(State) cenderung untuk menempatkan pendidikan sebagai hak azasi dengan
penekana pada, usaha pendidikan itu atas inisiatif sendiri, persamaan, dan
tindakan pengimbalan, sementara pihak Kristen menginginkan tujuan dan kegiatan
pendidikan itu bersifat kolektif untuk kepentingan masyarakat, seperti
penyiapkan lulusan yang berkualitas.
Politik
pendidikan dan formulasi tujuan pendidikan merupakan topik yang hangat dalam
kelompok Republik Demokrasi. Pada tahun 1949, lebih dari 2/3 guru-guru yang
bertugas dibawah partai Sosialis Nasional diganti dengan guru-guru baru yang
telah mendapat pendidikan jangka pendek. Dengan demikian kecocokan dengan
peraturan komunis dapat tercapai lebih meyakinkan. Maka berlangsunglah model
pendidikan Soviet, seperti prinsip “pengajaran politeknik” (1958-59), dengan
tujuan formal pendidikan untuk membentuk pribadi sosialis. Sistem pendidikan
berjalan secara ketat, denagn kontrol politik tersentralisasi, serta
perencanaan ekonomi dan sosial yang sesuai dengan doktrin negara.
Dengan hilangnya dasar ideologi yang
utama, dan sistem politik pun berubah, reunifikasi jerman memaksa Lander jerman
timur menyesuaikan sistem pendidikannya dengan struktur yang ada di Jerman
Barat. Maka dalam konstitusi Negara (baru) serta dalam pembukaan Undang-undang
tentang Sekolah khusus dan Universitas ditetapkan tujuan umum pendidikan dengan
tekanan pada pengembangan individualitas dan partisipasi dalam kehidupan.
B.
SISTEM DAN POLA PENDIDIKAN JERMAN
1. System pendidikan di jerman
Sistem pendidikan di Jerman adalah
desentralisasi, mulai dari level SD sampai dengan sekolah menengah. Beberapa
Lander (penguasa daerah) membuat berbagai ketentuan konstitusi mereka
masing-masing mengenai pengaturan masalah-masalah pendidikan, dan seluruhnya
melalui proses legislative. Pengaturan ini meliputi penetapan tujuan
pendidikan, struktur, isi pengajaran, dan prosedur dalam system daerah mereka
masing-masing. Adapun yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan di
dalam Negara bagian adalah kementrian kabinet atau Kementrian Kebudayaan
(Kultusministerium). Pada Negara-negara
bagian yang luas daerahnya, sekolah tidak dikontrol secara langsung oleh kementrian Negara bagian, tetapi melalui
badan administrasi regional yang merupakan bagian dari badan ekskutif.
Masyarakat setempat biasanya juga punya tanggung jawab menyediakan
infra-struktur yang diperlukan dan adakalanya juga terlibat dalam pengangkatan
staf.
1)
Biaya Pendidikan.
Alokasi biaya pendidikan sepenuhnya bersumber dari Lander (Daerah) dan
masyarakat setempat, kecuali untuk pendidikan tinggi. Menjadi tanggung jawab
pemerintah federal. Hampir semua program pendidikan di jerman bersifat gratis
(termasuk pembebasan uang kuliah di pendidikan tinggi). Pemerintah federal juga
memberikan bantuan uang kepada sebagian siswa sekolah menengah dan mahasiswa
perguruan tinggi. Kebanyakan sekolah-sekolah swasta yang kecil, kira-kira 90%
dari biaya operasional sekolah dibantu oleh pemerintah federal Pengeluaran
pemerintah federal pada tahun 1990 untuk anggaran pendidikan mencapai total
9,3% dari GNP.
2)
Personalia.
Hanya guru-guru Gymnasium dan
sebagian guru-guru specialis untuk bidang keuangan yang dididik di tingkat
Universitas (S1), dengan tekanan utama bidang keahlian daripada bidang
keguruan. Namun demikian. sejak tahun 1960, telah mulai dicanangkan persyaratan
kualifikasi yang sama untuk semua guru, minimal telah di didik di Universitas.
Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan metode mengajar ditempuh
melalui in-service training.
3)
Kurikulum.
Kurikulum dirumuskan oleh Kementrian Pendidikan sesuai Negara bagian
masing-masing dibawah kendali Lander (pemerintah daerah),Sebagian besar Lander
mewajibkan mata pelajaran di primary
educationsebagai berikut: German; mathematics; social studies (usually taught
as Sachunterricht); history (usually taught as
Sachunterricht ) geography (usually taught as Sachunterricht); biology (aspects of biology are taught within
science, which is usually taught as Sachunterricht ); physics (aspects of
physics are taught within science, which is usually taught as Sachunterricht);
chemistry (aspects of chemistry are taught within science, which is usually
taught as Sachunterricht ); art; music; sport; religion; and modern
foreign languages. Sedangkan untuk sekolah menengah, kurikulum berbeda-beda
7penekannannya, sesuai jenis sekolah sebagaimana dijelaskan di depan. Namun
paling tidak pada setiap jenis sekolah menengah tersebut memuat materi
pelajaran sebagai berikut: German; mathematics; on foreign language (usually
English); natural and social sciences; music; art; and sport.
4)
Sistem Ujian dan Sertifikasi.
Penilaian akhir tahun siswa di
dasarkan pada hasil analisis terhadap kinerja siswa. Dari Grade 2 (primer, umur
tujuh) dan seterusnya, hanya terdapat laporan setengah-tahunan meliputi
komentar terhadap kemajuan dan nilai yang diperoleh dengan membandingkan
kinerja mereka dengan apa ada pada selain dalam sebuah kelompok pengajaran.
Terdapat satu kecenderungan ke arah pelaporan proses belajar dan kinerja, dan
terhadap keikutsertaan kelas serta perilaku sosial di sekolah. Anak-anak yang
nilainya dan hal lainnya tidak cukup
harus (dapat memilih) untuk mengulang kembali di awal tahun baru. Tidak
ada nilai ujian atau ijasah di sekolah dasar, yang ada
hanya sebuah laporan kinerja siswa pada akhir tahun. Ujian nasional di
selenggarakan pada grade 10 dan 12.[2]
2.
POLA PENDIDIKAN JERMAN
a. Pendidikan
Dasar, Menengah, dan Pendidikan Tinggi
Tergantung
pada negara bagian, wajib sekolah di Jerman berlaku sembilan atau sepuluh
tahun,[3]
dengan normal anak masuk sekolah pada usia enam tahun. Jika seorang siswa gagal
mendapatkan sertifikat tamat belajar, ia tidak lagi berhak mendapatkan
pelayanan pendidikan formal, dan hal ini sering menimbulkan kesulitan dalam
kehidupan sosial dan ekonomi yang bersangkutan.
Pendidikan
dasar biasanya berlangsung empat tahun, tetapi ibu kota negara, Berlin,
melaksanakan sistem enam tahun, beberapa negara bagian lainnya melaksanakan
pengajaran tambahan dua tahun pada Grade 5 dan 6 dalam suatu lembaga perantara
yang memberikan berbagi jenis pelajaran sebagai persiapan masuk ke
program-program sekolah menengah. Hari sekolah dihitung 190 hari setahun pada
tingkat pendidikan dasar, dan anak-anak belajar mulai pukul 8:00 pagi sampai
pukul tergantung pada tingkat kelas atau “Grade”.
Dari
kelompok umur yang sama, 28,8% memasuki program atau sekolah yang lebih tinggi
yang di kenal dengan Realschule, kadang-kadang di sebut juga Mittelschule
(sekolah menengah). Biasanya, Realschule mempersiapkan siswa untuk memasuki
karir sebagai pegawai atau buruh kelas menengah.
Di Jerman
Barat ada upaya semasa fase reformasi tahun 1970-an untuk menggabungkan
Fachhochschulen dan universitas kedalam suatu institusi, sementara beberapa
buah lembaga bentuk gabungan ini berjalan, model seperti ini tidak banyak
mendapat simpati dan dukungan untuk dilaksanakan dalam sekala besar. Tetapi,
satu pengecualian ialah penggabungan fakultas pendidikan guru ke dalam
universitas yang sudah ada, atau peningkatan fakultas pendidikan guru menjadi
universitas.
b.
Pendidikan Prasekolah
Pada abad ke-18 dan 19, muncul lembaga-lembaga untuk
mengurus kesejahteraan anak-anak yang membutuhkan bantuan yang pada awalnya
menyediakan pengajaran keagamaan (Injil). Pendidikan ini diarahkan pada
pengendalian dampak-dampak negatif yang bermacam-macam akibat industrialisasi.
Pendidikan prasekolah ini melayani anak-anak dari usia 3 tahun, dan
guru-gurunya disiapkan melalui pendidikan kejuruan khusus, pendidikan
prasekolah lazimnya tidak punya kurikulum untuk belajar membaca dan menulis
atau berhitung.
c.
Pendidikan Khusus
Pada tahun 1989, baik di Jerman Timur maupun Jerman Barat,
kira-kira 4% siswa tercatat pada lembaga-lembaga yang khusus melayani anak-anak
cacat. Di samping itu, Jerman Timur menjalankan sistem sekolah khusus (Spezialschulen)
bagi anak-anak yang punya bakat istimewa dalam bidang seni atau olah raga yang
jumlahnya kira-kira 1% dari kelompok umur.
Biasanya anak-anak cacat diklasifikasikan berdasarkan cacat
alami yang menimpanya, seperti buta, cacat fisik, gangguan mental dan sebagainya.
Pengadaan kelas-kelas khusus, bahkan kadang-kadang sekolah khusus, mengikuti
klasifikasi ini. Ada dua kategori yang termasuk program pendidikan khusus,
yaitu yang disebut “kelainan tingkah laku” dan “kesulitan belajar” pada
pendidikan khusus.
d.
Pendidikan Vokasional, Teknik, dan
Bisnis
Sistem penandidikan yang menawarkan kualifikasi terdiri dari
bermacam-macam jenis dan mempunyai struktur yang agak kompleks, paralel dengan
pendidikan vokasional, teknik dan bisnis. Pendidikan vokasional diselenggarakan
oleh sekolah-sekolah negeri, sedangkan ijazah diberikan oleh Kamar
Dagang, Industri atau keuangan, program ini sering disebut “sistem ganda”.
Sertifikat atau ijazah ini adalah resmi dan diakui oleh negara. Satu sekolah
yaitu Fachgymnasium, secara resmi sekolah ini termasuk sekolah umum pada
tingkat menengah keatas. Program kurikulumnya diarahkan pada bidang ekonomi,
sosial dan teknikt.
Secara keseluruhan sistem pendidikan vokasional, teknik dan
bisnis ini diselenggarakan dengan seperangkat peraturan yang mencakup
persyaratan masuk, transisi, dan kualifikasi lulusan.
e.
Pendidikan Orang Dewasa dan
pendidikan Nonformal
Pendidikan bagi orang dewasa (Adult Education) di Jerman
dikelompokkan dalam tiga kategori umum, vokasional (termasuk teknik dan keuangan),
dan politik. Program pendidikan orang dewasa ini didominasi penyelenggaraannya
oleh volchochschulen, biyasanya didukung oleh masyarakat setempat. Walaupun
sekolah ini mungkin terdaftar sebagai organisasi nirlaba. Mata pelajaran yang
diajarkan mencakup yaitu;
1.
Bahasa
2.
Ekonomi, matematika, dan ilmu
pengetahuan alam
3.
Kesehatan
4.
Kerajinan tangan
5.
Sekolah persamaan
6.
Politik dan ilmu-ilmu sosial
7.
Pendidikan, psikologi, dan teologi
8.
Kesusastraan dan seni
Mata pelajaran yang diberikan pada volkshochschulen dapat
dianggap sebagai pendidikan vokasional orang dewasa, maka institusi ini menjadi
sangat penting sebagai penyelenggara progran itu.
Pendidikan politik bagi orang dewasa diartikan terutama sebagai
kegiatan yang erat hubungannya dengan partai politik, dan juga berhubungan
dengan pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh serikat-serikat kerja. Mencapai
10% dari orang-orang yang sesungguhnya memerlukan peningkatan kualifikasi
profesional melalui program ini. Dapat dikatakan bahwa sedikit sekali kegiatan
ini dalam bentuk formal dengan pengertian diakui oleh pemerintah dengan
sertifikat, program pendidikan orang dewasa sebagai sektor keempat dalam sistem
pendidikan jerman bukan tidak beralasan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kemajuan pendidikan di jerman muncul
pada abad ke 19 yang di sebabkan oleh kesadaran Negara-negara bagian jerman dan
iklim Negara eropa yang lain yang mulai menjadikan pendidikan sebagai bagian
utama pendidikan nasional. Sistem pendidikan di Jerman adalah desentralisasi,
mulai dari level SD sampai dengan sekolah menengah. Beberapa Lander (penguasa daerah) membuat
berbagai ketentuan konstitusi mereka masing-masing mengenai pengaturan
masalah-masalah pendidikan, dan seluruhnya melalui proses legislative.
B.
Saran
Penulis menyarankan untuk tidak
menggunakan makalah ini sebagai acuan yang mutlak karena makalah ini jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu penulis menyarankan kepada semua pembaca makalah
ini untuk mencari sumber-sumber lain untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Thut
I.N. dan Dom Adams. Pendidikan dalam masyarakat kontemporer. Pustaka pelajar.
2005
http://uninaamor.blogspot.com/2012/11/perbandingan-pendidikan-di-jerman-dan.html
http://kebebasan.wordpress.com/2007/09/08/perbedaan-pendidikan-jerman-dengan-indonesia/