KONSEP DAN MODEL-MODEL RISET PENELITIAN KUALITATIF
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Penelitian Kualitatif
Disusun Oleh :
Ahmad
Anif Wahbullah
Program Studi Pendidikan Agama
Islam (PAI)
KATA PENGANTAR
Alhamduillahi
robbil “alamin rasa
syukur selalu kepada Allah SWT karena rahmat dan nikmatnya kami masih diberi
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing dan temam-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini.
Sholawat
serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, panutan berdzikir, berfikir dan beramal shaleh,
panutan kita bergerak sepanjang massa.
Pada makalah ini penulis ingin membahas tentang konsep dan model-model riset
penelitian kualitatif, Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amiiiin....
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ……………………………………………………………………………… 2
Daftar
Isi …………………………………………………………………………………….
3
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………… 4
C. Tujuan
………………………………………………………………………………. 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep penelitian kualitatif ………………………………………………………… 5
B. Model-model
riset penelitian kualitatif ……………………………………………... 7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………. 12
B. Saran ………………………………………………………………………………... 12
BAB IV
A. Daftar Pustaka ……………………………………………………………………… 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu penelitian diperlukan metode penelitian,
salah satu metode penelitian adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian
kualitatif berlandaskan pada filsafat positivisme, metode ini juga biasa
disebut metode artistic karena proses ini lebih bersifat seni.
Sebelum melakukan penelitian dengan metode penelitian
kualitatif, diperlukan pemahaman terlebih dahulu tentang konsep penelitian
kualitatif dan model-model riset penelitian kualitatif.
B. Rumusan Masalah
@ Bagaimana Konsep Penelitian Kualitatif?
@ Bagaimana Model-model Riset Penelitian Kualitatif?
C. Tujuan
@ Menjelaskan Konsep Penelitian Kualitatif.
@ Menjelaskan Model-model Riset Penelitian Kualitatif.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Konsep
Penelitian Kualitatif
Penelitian atau dalam bahasa Inggris disebut dengan research.
Jika dilihat dari susunan katanya, terdiri atas dua suku kata, yaitu re yang berarti melakukan kembali atau
pengulangan dan search yang berarti
melihat, mengamati atau mencari, sehingga research dapat diartikan sebagai
rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman baru yang lebih
kompleks, lebih mendetail, dan lebih komprehensif dari suatu hal yang diteliti.
Banyak
metode penelitian salah satunya adalah metode penelitian kualitatif.
Berbicara mengenai metode berarti berbicara mengenai tatacara, aturan, dan hukum, dalam
melaksanakan atau menyelenggarakan sesuatu, tentunya di dalamnya terkandung
hal-hal yang diatur secara sistematis, hal-hal yang diwajibkan, dianjurkan, dan atau dilarang. Hal ini
juga berlaku pada metode penelitian kualitatif yang juga memiliki aturan.
Metode kualitatif sering di sebutmetode penelitian
naturalistic, yang berarti alami karena penelitian dilakukan pada kondisi
alamiyah (obyeknya). Obyek yang alamiyah adalah obyek yang berkembang apa
adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran penelititidak
mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.[1]
Adapun pengertian penelitian kuliatatif dapat dilihat dari
beberapa teori berikut ini:
a.
Meleong, mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk
memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah dengan
mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan
fenomena yang diteliti.[2]
b.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas
atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau
digambarkan melalui pendekatan kuantitaif.[3]
Dari beberapa teori-teori di atas,
maka dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Dengan tujuan untuk
memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah dengan
mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan
fenomena yang diteliti.
Dalam penelitian kualitaif belum terdapat format baku
tahapan-tahapan atau sistematika yang dapat dijadikan patokan dalam
penelitian. Ini dikarenakan penelitian kualitaif terkait dengan salah-satu
karakteristik dari penelitian kualitais itu sendiri, yaitu fleksibel. Sehingga
dengan ke-fleksibelan-nya jalan penelitian berubah-ubah sesuai dengan kondisi
yang ada. Akan tetapi, meskipun demikian para ahli sependapat bahwa setidaknya
terdapat lima tahapan sebagai patokan dalam penelitian, yaitu tergambar sebagai
berikut:
1. Mengangkat
permasalahan.
Permasalahan yang biasanya diangkat
dalam penelitian ini adalah bersifat unik, khas, memiliki daya tarik tertentu,
spesifik, dan terkadang sangat bersifat invidual (karena beberapa penelitian
kualitaif yang dilaksanakan memang hukan untuk kepentingan generalisasi).
2. Memunculkan
pertanyaan penelitian.
Pertanyaan merupakan cirri khas dari penelitian kualitatif.
Adalah sebagai spirit yang fungsinya sama penting seperti hipotesis
dalam penelitian kuantitaif.
3.
Mengumpulkan data yang relevan.
Data dalam penelitian kualitaif pada umumnya berupa kumpulan
kata, kalimat, pernyataan, atau uraian yang mendalam.
4.
Melakukan analisis data
Analisis data merupakan langkah berikutnya setelah data
relevan diperoleh.
5.
Menjawab pertayaan penelitian
Tahap ini adalah tahapan terakhir dalam penelitian
kualitaif. Dalam menjawab pertanyaan, peneliti dapat mengunakan gaya menulis
yan lebih bebas, seperti narasi atau storytelling. Sehingga dalam
menjawab pertanyaan penelitian dapat lebih menarik untuk dibaca.
Kemudian, selain dari kelima tahapan di atas, beberapa para
ahli penelitian kualitatif mengemukakan beberapa format penulisan penelitian
kualitatif berdasarkan sudut pandang masing-masing.
Mengingat terdapat banyaknya format yang dikemukakan para
ahli, maka di sini akan memaparkan salah-satunya saja, yaitu format yang dikemukakan
oleh Bungin berikut ini:
Pendahuluan
1.
Judul penelitian
2. Latar
belakang masalah
3. Masalah
penelitian
4. Tujuan
penelitian
5. Tinjauan
pustaka/teori dan kesimpulan teoritis yang digunakan
6. Hipotesis
(bila diperlukan)
Metode
Penelitian
1. Populasi
(sasaran) penelitian
2. Sampel
dan teknik sampling
3. Metode
pengumpulan data
4. Metode
analisis data
Analisis
Data
1. Rancangan
analisis data
2. Rencangan
pembahasan (diskusi) hasil penelitian
Laporan
Penelitian
Rancangan dalam laporan penelitian kualitatif secara khusus
belum ada format yang baku dan berlaku dalam merancang penelitian kualitatif,
namun tetap ada poin-poin yang sama atau hampir sama dengan beberapa format
yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Di beberapa perguruan tinggi, baik swasta
maupun negeri, format penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian
kualitaif yang digunakan dalam penyusunan skripsi relative sedikit berbeda,
walaupun pada intinya tetap sama dan ada benang merahnya satu sama lain.
2.
Model-model Riset Kualitatif
a.
Studi kasus
Studi
kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu
organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu.
Tujuannya untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah
entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk
menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif,
data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsip.
Stake
mengidentifikasikan adanya 3 (tiga) tipe studi kasus. Yang pertama disebut
studi kasus intrinsik, yaitu studi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
dari kasus yang khusus, hal ini disebabkan karena seluruh kekhususan dan
keluarbiasaan kasus itu sendiri menarik perhatian. Tujuan studi kasus intrinsik
bukan untuk memahami suatu konstruksi abstrak atau konstruksi fenomena umum
seperti kemampuan membaca (literacy), penggunaan obat-obatan oleh remaja
atau apa yang harus dilakukan oleh kepala sekolah. Tujuannya bukan untuk
membangun teori, meskipun pada waktu lain peneliti mungkin mengerjakan hal
tersebut. Studi dilakukan karena ada minat intrinsik di dalamnya, sebagai
contoh anak luar biasa, konferensi, klinik, atau kurikulum.
Studi
kasus yang kedua disebut studi kasus instrumental (instrumental case study),
adalah kasus khusus yang diuji untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang
suatu masalah (issue) atau untuk memperbaiki teori yang telah ada.
Walaupun studi kasus ini kurang diminati, ia memainkan peran yang mendukung,
memasilitasi pemahaman terhadap sesuatu yang lain (minat eksternal). Kasusnya
dilihat secara mendalam, dan konteksnya diteliti secara cermat,
aktivitas-aktivitas untuk mendalami kasus tersebut dilakukan secara rinci,
karena kasus ini membantu pemahaman tentang ketertarikan dari luar (minat
eksternal). Dasar pemilihan mendalami kasus ini dikarenakan kasus ini
diharapkan dapat memperluas pemahaman peneliti tentang minat lainnya. Hal ini
disebabkan karena para peneliti bersama-sama mempunyai beberapa minat yang
selalu berubah-ubah yang tidak membedakan studi kasus intrinsik dari studi
kasus instrumental dan bertujuan memadukan keterpisahan di antara keduanya.
Studi
kasus ketiga adalah studi kasus kolektif (collective case study), yaitu
penelitian terhadap gabungan kasus-kasus dengan maksud meneliti fenomena,
populasi, atau kondisi umum. Ini bukan merupakan kumpulan studi instrumental
yang diperluas pada beberapa kasus. Studi kasus kolektif memerlukan kasus-kasus
individual dalam kumpulan kasus-kasus diketahui lebih dahulu untuk mendapatkan
karakteristik umum. Kasus-kasus individual dalam kumpulan kasus-kasus tersebut
mempunyai ciri-ciri yang sama atau berbeda, masing-masing mempunyai kelebihan
dan bervariasi. Kasus-kasus tersebut dipilih karena dipercaya bila memahami
kasus-kasus tersebut akan menghasilkan pemahaman yang lebih baik, penyusunan
teori yang lebih baik tentang kumpulan kasus-kasus yang lebih luas.
b.
Fenomenologi
Kajian
fenomenologi mendeskripsikan makna bagi beberapa individu terhadap pengalaman
hidup mereka sebagai sebuah konsep atau sebuah fenomena (Cresswell, 2007:57).
Ahli fenomenologi mendeskripsikan apa yang dimiliki secara umum oleh semua
partisipan karena mereka mengalami sebuah fenomena (contohnya: duka cita
dialami secara universal). Tujuan utama fenomenologi adalah mereduksi
pengalaman individu dengan sebuah fenomena terhadap deskripsi esensi universal.
Stewart dan
Mickunas dalam Cresswell menekankan empat perspektif fenomenologi secara
filosofis (2007:58):
1.
Kembali pada
tugas tradisional filosofi. Pada akhir abad 19, filosofi telah dibatasi untuk
mengeksplorasi dunia oleh sarana empiris, yakni yang disebut sebagai ‘scientism’.
Filosofi dikembalikan pada konsep Yunani sebagai pencarian untuk kebijaksanaan
atau kearifan.
2.
Filosofi tanpa
praanggapan. Pendekatan fenomenologi menangguhkan semua pendapat tentang apa
yang nyata (sikap alami/natural attitude)sampai mereka ditemukan pada
basis tentu yang lebih banyak. Oleh Edmund Husserl penangguhan ini disebut
sebagai ‘epoche’.
3.
Intensionalitas
terhadap kesadaran. Pendapat ini menyatakan bahwa kesadaran selalu diarahkan
terhadap objek. Realitas tentang sebuah objek,selanjutnya, dihubungkan dan
tidak dapat dilepaskan dari kesadaran seseorang.
4.
Penolakan
terhadap dikotomi subjek-objek. Realitas sebuah objek hanya ditangkap dalam
makna atas pengalaman individual.
Ada dua pendekatan fenomenologi yaitu fenomenologi
hermeneutik dan fenomenologi empiris, transendental atau psikologi. Fenomenologi
hermeneutik menurut Manen dalam Creswell adalah penelitian yang berorientasi
terhadap pengalaman hidup (fenomenologi) dan menginterpretasikan ‘teks’
kehidupan. Dalam hal ini, peneliti memediasi antara makna yang berbeda terhadap
makna pengalaman hidup.
Sementara fenomenologi transcendental atau
psikologi sedikit difokuskan pada interpretasi peneliti dan lebih pada
deskripsi pengalaman partisipan. Konsep yang muncul dalam penelitian
fenomenologi psikologi ini adalah epoche atau bracket
(pengurungan) milik Edmund Husserl. Konsep tersebut menyatakan bahwa
investigator mengesampingkan pengalaman mereka, sebanyak mungkin, guna
memperoleh perspektif yang segar terhadap fenomena yang diteliti.[4]
c.
Etnografis
Desain etnografis adalah prosedur penelitian
kualitatif untuk mendeskripsikan, menganalisa, dan menginterpretasi budaya
bersama kelompok tertentu, yang mempunyai pola tindakan, kepercayaan, dan
bahasa bersama yang berkembang dari waktu ke waktu.
Ada beberapa tipe Etnografi. Etnografi Realis adalah
pendekatan trandisional yang digunakan oleh antropologi budaya.
Dikarakterisasikan oleh Van Maanen (1988) etnografi realis merefleksikan cara
yang diambil oleh peneliti terhadap individu yang dikaji. Etnografi realis
merupakan laporan objektif situasi, yang ditulis dalam sudut pandang orang
ketiga dan melaporkan secara objektif informasi yang dipelajari dari partisipan
pada sebuah situs.
Studi kasus bisa jadi individu tunggal, beberapa individu yang terpisah
atau dalam sebuah kelompok, sebuah program, peristiwa, atau aktivitas (misalnya
seorang guru, beberapa orang guru, atau implementasi terhadap program
matematika baru). Kasus bisa jadi merepresentasikan sebuah proses yang meliputi
serangkaian langkah-langkah (misalnya proses kurikulum sebuah sekolah) yang
membentuk rangkaian aktivitas. Peneliti mencari untuk mengembangkan pemahaman
yang mendalam pada suatu kasus dengan mengumpulkan bentuk-bentuk data majemuk
(misalnya gambar, rekaman video, dan surat elektronk). Penyediaan pemahaman
mendalam ini menuntut hanya sedikit kasus yang dikaji, karena masing-masing
kasus diperiksa, peneliti mempunyai sedikit waktu untuk mengeksplorasi
kedalaman masing-masing kasus.
Enografi Kritis adalah tipe penelitian etnografis dimana peneliti
menyokong keterlibatan diri terhadap kelompok yang dimarjinalkan dalam
masyarakat. Peneliti kritis secara politis memikirkan individu yang diteliti,
melalui penelitiannya menyuarakan ketidaksetaraan dan dominasi. Misalnya
peneliti Enografi Kritis mengkaji sekolah yang menyediakan hak istimewa pada
tipe siswa tertentu atau praktik-praktik bimbingan yang melayani kebutuhan
kelompok yang tidak terwakili. Komponen utama dari etnografi kritis meliputi
orientasi value-laden, pemberdayaan masyarakat dengan memberi mereka
otoritas yang lebih, menentang status quo dan menyuarakan keprihatinan terhadap
kekuasaan dan kontrol. Peneliti etnografi akan mengkaji isu kekuasaan,
pemberdayaan, ketidaksetaraan, ketidakadilan, dominasi, represi, hegemoni, dan
orang atau kelompok Dari
beberapa teori-teori di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud
dengan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah. Dengan tujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social
secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam
antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.
d.
Analisis wacana
Analisis wacana dalam
adalah studi tentang struktur pesan pada dalam komunikasi. Lebih tepatnya lagi,
telaah mengenai aneka fungsi (prakmatik) bahasa. Kajian tentang pembahasaan
realitas dalam sebuah pesan tidak hanya apa yang tampak dalam teks atau
tuklisan, situasi dan kondisi (konteks) seperti apa bahasa tersebut diujarkan
akan membedakan makna subyektif atau makna dalam perspektif mereka.
anilsa wacana yang sesungguhnya
berusaha memahami bagaimana realitas dibingkai, direproduksi dan
didistribusikan ke khalayak. Analisis ini bekerja menggali praktek-praktek
bahasa di balik teks untuk menemukan posisi ideologis dari narasi dan
menghubungkannya dengan struktur yang lebih luas. Dengan demikian analisis
wacana merupakan salah satu model analisa kritis yang memperkaya pandangan
khalayak bahwa ada keterkaitan antara produk media, ekonomi dan politik.
Keterkaitan ini dapat dimunculkan pada saat analisis wacana bergerak menuju
pertanyaan bagaimana bahasa bekerja dalam sebuah konteks dan mengapa bahasa
digunakan dalam sebuah konteks dan bukan untuk konteks yang lain.[5]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Dengan tujuan untuk memahami
suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah dengan mengedepankan proses
interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang
diteliti.
Ada beberapa Model-model
Riset Kualitatif yang lazim di gunakan peneliti yaitu Studi kasus, Fenomenologi, Etnografis, Analisis wacana
B.
Saran
Penulis menyarankan untuk tidak menggunakan makalah ini sebagai
acuan yang mutlak karena makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu
penulis menyarankan kepada semua pembaca makalah ini untuk mencari
sumber-sumber lain untuk menyempurnakan makalah ini.
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
Sugiyono, 2007. Metode penelitian kuantitatif,
kualitatif dan R & D, alphabeta, bandung.
Herdiansyah, . 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif
untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Salemba Humanika, Jakarta.
Saryono, 2010. Metodologi Penelitian
Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Nuha Medika.Yogyakarta.
file:///H:/Berbagai%20Tipe%20Penelitian%20Kualitatif%20%20Masihkah%20Diperlukan.html, diakses 10 Oktober
2013.
Creswell, John. W. 2012. Educational Research.
Boston: Pearson. (http://www.pearsonhighered.com), diakses 10 Oktober
2013.
[2] Herdiansyah, Metodologi
Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Salemba Humanika,
Jakarta. Hal 9