PORTOFOLIO :
Mengenal
Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran
NAMA :
Ah Anif Wahbllah
A.
Pengertian
Teori Belajar
Belajar
adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung
seumur hidup, sejak ia masih banyak sampai ke liang lahat (al-hadits).
Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan pebelajar (to make somenoe
learn). Belajar bisa terjadi dimana saja; di rumah, di kelas, di lapangan, dll.
Sementara pembelajaran berisikan berbagai rekayasa yang memungkinkan seseorang
belajar.
Jadi
dapat dikatakan Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana
manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang
kompleks dari belajar.
B.
Macam-Macam
Teori Belajar
1.
Behavioris
Menurut
behavioris, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus (input) dan respon (output). Stimulus adalah apa saja
yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa
yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini
dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat
bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah
laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa
dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Misalnya, siswa
belajar membaca, ia tidak dianggap belajar jika ia belum bisa membaca meskipun
ia telah hafal huruf A sampai Z, ia baru dianggap belajar jika ia mampu membaca
(dari tidak bisa menjadi bisa membaca).
Prinsip-prinsip
teori behaviorisme yang banyak dipakai didunia pendidikan ialah (Harley &
Davies, 1978 dalam Toeti, 1997):
a.
Proses
belajar dapat berhasil dengan baik apabila si belajar ikut berpartisipasi
secara aktif didalamnya
b.
Materi
pelajaran dibentuk dalam bentu unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan
yang logis sehingga si belajar mudah mempelajarinya
c.
Tiap-tiap
respons perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si belajar dapat
mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum
d.
Setiap
kali si belajar memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan.
Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada
penguatan negatif
2.
Kognitivis
Menurut
kognitivis, belajar adalah proses pemaknaan informasi baru dengan jalan
mengaitkannya dengan struktur informasi yang telah ada. Asumsi dasar teori ini
adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya.Pengalaman
dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini
proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi
secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Aliran ini
berupaya mendesikripsikan apa yang terjadi dalam diri seseorang ketika belajar.
Sosok penting
dalam teori belajar kognitif adalah Jean Piaget. Menurut beliau bahwa proses
belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni 1). Asimilasi, 2).
Akomodasi, dan 3). Equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses
penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada
dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam
situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuain berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi.
Implikasi teori
perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah:
a.
Bahasa
dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang seseuai dengan cara berpikir anak.
b.
Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c.
Bahan
yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d.
Di
dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
berdiskusi dengan teman-temannya.
e.
Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
3.
Konstruktivis
Menurut
konstruktivis, belajar adalah pengetahuan yang diperoleh dari hasil kostruksi
manusia. Manusia mengkontruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka
dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan
dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai.
Bagi
konstruktivis, Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan juga bukan
sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus.
Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan
pengetahuannya.
Secara garis
besar, prinsip-prinsip teori konstruktivistik adalah sebagai berikut:
a.
Pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri (aktif dalam kegiatan belajar mengajar).
b.
Siswa
menjadi pusat kegiatan dan guru sebagai fasiitator. Karena belajar merupakan
suatu proses pemaknaan atau pembentukan pengetahuan dari pengalaman secara
konkrit, aktivitas kolaboratif, refleksi serta interpretasi yang harus
dilukukan oleh siswa sendiri.
c.
Sarana
belajar dibutuhkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh
agar mendapatkan pengetahuan yang maksimal.
d.
Evaluasi
merupakan bagian utuh dari belajar yang menekankan pada ketrampilan proses baik
individu maupun kelompok. Dengan cara ini, maka kita dapat mengetahui seberapa
besar suatu pengetahuan telah dipahami oleh siswa.
Hal penting,
pengajar yang behavioristik akan mengedepankan keseragaman demi keteraturan dan
ketertiban melalui penegakan aturan, sedangkan pengajar yang konstruktivistik
akan mengedepankan keragaman melalui penataan lingkungan belajar yang bebas
(Degeng,2000).
PORTOFOLIO : Multiple Intelligences
NAMA :AH. ANIF
WAHBULLAH
Pengertian Multiple Intelegences
kemampuan untuk memecahkan suatu
masalah; kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan; kemampuan
untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam
suatu kebudayaan masyarakat (Howard Gardner). Melalui pengenalan akan
Multiple Intelligences, kita dapat mempelajari kekuatan/ kelemahan anak
dan memberikan mereka peluang untuk belajar melalui kelebihannya.
Tujuan:
anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi dunia, bekerja dengan
ketrampilan sendiri dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
Macam-macam Multiple Intelligences
Kecerdasan Linguistik
|
·
1. Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca; Mendengar dengan baik dan memberikan
respons dalam suatu komunikasi verbal; Mampu menirukan suara, mempelajari
bahasa asing, mampu membaca karya orang lain; Mampu menulis dan berbicara
secara efektif; Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan
cerita atau melakukan perbaikan pada karya tulis;
·
2. Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui
diskusi, ataupun debat; Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi
kata yang diucapkan; Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan
kata.
|
Profesi: pustakawan, editor, penerjemah,
jurnalis, tenaga bantuan hukum, pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator,
pembawa acara di radio / TV, dan sebagainya
|
Kecerdasan Logika –Matematika
|
·
Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.
·
Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.
·
Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.
·
Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman
komputer, metode riset.
·
Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat
hipotesis, merumuskan dan membangun argumentasi kuat.
·
Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan
hukum.
Menggunakan simbol-simbol abstrak
untuk menjelaskan konsep dan objek yang konkret
|
Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli
statistik, analisis / programer komputer, ahli ekonomi, teknisi, guru IPA /
Fisika, dan sebagainya.
|
·
Kecerdasan
Intrapersonal
|
·
·
Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup.
·
Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar yang
berkelanjutan dan mau
·
meningkatkan diri.
·
Mengembangkan konsep diri dengan baik.
·
Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog atau di jalur
spiritual.
·
Tertarik pada arti hidup, tujuan hidup dan relevansinya dengan keadaaan saat
ini.
·
Mampu menyelami / mengerti kerumitan
dan kondisi manusia
Mengenal emosi diri sendiri dan orang
lain, serta mampu menyalurkan pikiran dan perasaan.
·
·
.
|
Profesi: ahli psikologi, ulama, ahli terapi,
konselor, ahli teknologi, perencana program, pengusaha, dan sebagainya.
|
Kecerdasan Interpersonal
|
·
Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin hubungan
sosial.
·
Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang lain.
·
Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi dengan
efektif, baik secara verbal maupun non-verbal.
·
Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok yang berbeda,
mampu menerima umpan balik yang disampaikan orang lain, dan mampu bekerja
sama dengan orang lain.
·
Mampu berempati dan mau mengerti orang lain.
·
Mau melihat sudut pandang orang lain.
·
Menciptakan dan mempertahankan sinergi.
|
Profesi: administrator, manager, kepala
sekolah, pekerja bagian personalia / humas, penengah, ahli sosiologi, ahli
antropologi, ahli psikologi, tenaga penjualan, direktur sosial, CEO, dan
sebagainya.
|
Kecerdasan Musikal
|
·
Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan
alat musik.
·
Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara.
·
Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu.
·
Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu.
·
Mampu menciptakan komposisi musik.
·
Senang improvisasi dan bermain dengan suara.
·
Menyukai dan mampu bernyanyi.
·
Tertarik untuk terjun dan menekuni musik, baik sebagai penyanyi atau
pemusik.
·
Mampu menganalisis / mengkritik suatu musik.
|
Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen,
tukang stem piano, ahli terapi musik, penulis lagu, insinyur studio musik,
dirigen orkestra, penyanyi, guru musik, penulis lirik lagu, dan sebagainya.
|
Kecerdasan Visual – Spasial
|
·
Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung.
·
Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual
lainnya.
·
Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif.
·
Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya.
·
Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan
manipulasi.
·
Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek, bentuk, dan
warna.
·
Menggunakan bantuan gambar untuk membantu proses mengingat.
|
Profesi: insinyur, surveyor, arsitek,
perencana kota, seniman grafis, desainer interior, fotografer, guru kesenian,
pilot, pematung, dan sebagainya
|
Kecerdasan Kinestetik – Jasmani
|
·
Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan
tubuh kita secara trampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, dan
mampu bekerja dengan baik dalam menangani objek.
·
Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan
dalam bergerak.
·
Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play,
permainan yang menggunakan fisik.
·
Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat.
·
Suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang sedang dipelajari.
·
Suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap
apa yang dialami atau dilihat.
|
Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah,
penari, aktor, model, ahli mekanik / montir, tukang bangunan, pengrajin,
penjahit, penata tari, atlet profesional, dan sebagainya
|
Kecerdasan Naturalis
|
·
Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek alam,
tanaman atau hewan.
·
Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia.
·
Mampu mengenali pola di antara spesies.
·
Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani.
·
Senang memelihara tanaman, hewan.
·
Suka menggunakan teleskop, komputer, binocular, mikroskop untuk
mempelajari suatu organisme.
·
Senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna.
·
Senang melakukan aktivitas outdoor, seperti: mendaki gunung, scuba
diving (menyelam).
|
Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli
biologi, pendaki gunung, pengurus organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna
/ flora, penjaga museum zoologi / botani dan kebun binatang, dan sebagainya.
Kita semua berbeda karena kita semua
memiliki kombinasi kepandaian yang berbeda. Bila kita mampu mengenalinya,
saya kira kita akan mempunyai setidaknya sebuah kesempatan yang bagus untuk
mengatasi berbagai masalah yang kita hadapi di dunia.
|
PORTOFOLIO : GAYA BELAJAR SISWA
NAMA :
AH. ANIF WAHBULLAH
Dalam proses pembelajaran, seorang
guru seyogyanya dapat memperhatikan karakteristik siswanya. Karakteristiktik
siswa sesungguhnya memiliki cakupan yang luas. Salah satu karakteristik siswa
yang perlu diperhatikan guru dan akan mewarnai terhadap efektivitas
belajar dan pembelajaran yaitu berkenaan dengan gaya belajar siswa.
Secara sederhana, gaya belajar
siswaatau student learning style dapat diartikan sebagai
karakteristik kognitif, afektif, dan perilaku psikologis seorang siswa tentang
bagaimana dia memahami sesuatu, berinteraksi dan merespons lingkungan
belajarnya, yang bersifat unik dan relatif stabil.
Dalam berbagai
literatur tentang belajar dan pembelajaran, kita akan menjumpai sejumlah konsep
tentang gaya belajar siswa, dan salah satunya adalah gaya belajar sebagaimana
dikemukakan oleh David Kolb, salah seorang ahli pendidikan dari Amerika
Serikat, yang mempopulerkan teori belajar “Experiential Learning” .
Kolb
mengklasifikasikan Gaya Belajar Siswa ke dalam empat kecenderungan utama
yaitu:
1.
Concrete Experience (CE). Siswa
belajar melalui perasaan (feeling), dengan menekankan segi-segi
pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama dan
sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Siswa melibatkan diri
sepenuhnya melalui pengalaman baru, siswa cenderung lebih terbuka
dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang dihadapinya.
2.
Abstract Conceptualization (AC). Siswa belajar
melalui pemikiran (thinking) dan lebih terfokus pada analisis logis dari
ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau
perkara yang dihadapi. Siswa menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan
observasinya menjadi teori yang sehat, dengan mengandalkan pada perencanaan
yang sistematis.
3.
Reflective Observation (RO). Siswa belajar
melalui pengamatan (watching), penekanannya mengamati sebelum menilai,
menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari
hal-hal yang diamati. Siswa akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk
membentuk opini/pendapat, siswa mengobservasi dan merefleksi
pengalamannya dari berbagai segi.
4.
Active Experimentation (AE). Siswa belajar
melalui tindakan (doing), cenderung kuat dalam segi kemampuan
melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat
perbuatannya. Siswa akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan
pekerjaan, pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya. Siswa menggunakan
teori untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan .
Selanjutnya
Kolb mengemukakan, bahwa setiap individu tidak didominasi oleh satu gaya
belajar tertentu secara absolut, tetapi cenderung membentuk kombinasi dan
konfigurasi gaya belajar tertentu, yang diklasifikasikannya ke dalam 4
(empat) tipe:
1.
Tipe Diverger.
Tipe
ini perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Reflective
Observation (RO), atau dengan kata lain kombinasi dari perasaan (feeling)
dan pengamatan (watching). Siswa dengan tipe Diverger memiliki
keunggulan dalam kemampuan imajinasi dan melihat situasi kongkret dari banyak
sudut pandang yang berbeda, kemudian menghubungkannya menjadi sesuatu yang
bulat dan utuh. Pendekatannya pada setiap situasi adalah “mengamati” dan bukan
“bertindak”. Siswa seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya
untuk menghasilkan ide-ide dan gemar mengumpulkan berbagai informasi,
menyukai isu tentang kesusastraan, budaya, sejarah, dan ilmu-ilmu sosial
lainnya. Mereka biasanya lebih banyak bertanya “Why?”. Peran dan fungsi
guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai Motivator.
2.
Tipe Assimilator.
Tipe
kedua ini perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan Reflective
Observation (RO) atau dengan kata lain kombinasi dari pemikiran (thinking)
dan pengamatan (watching). Siswa dengan tipe Assimilator memiliki
keunggulan dalam memahami dan merespons berbagai sajian informasi serta
mengorganisasikan merangkumkannya dalam suatu format yang logis, singkat, dan
jelas. Biasanya siswa tipe ini cenderung lebih teoritis, lebih
menyukai bekerja dengan ide serta konsep yang abstrak, daripada bekerja
dengan orang. Mata pelajaran yang yang diminatinya adalah bidang sains
dan matematika. Mereka biasanya lebih banyak bertanya “What?”.
Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah
sebagai seorang Expert.
3.
Tipe Converger.
Tipe
ini perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan
Reflective Observation (RO) atau dengan kata lain kombinasi dari
berfikir (thinking) dan berbuat (doing). Siswa mampu merespons
terhadap berbagai peluang dan mampu bekerja secara aktif dalam
setiap tugas yang terdefinisikan secara baik. Siswa gemar belajar
bila menghadapi soal dengan jawaban yang pasti, dan segera berusaha
mencari jawaban yang tepat. Dia mau belajar secara trial and error
hanya dalam lingkungan yang dianggapnya relatif aman dari kegagalan.
Siswa dengan tipe Converger unggul dalam
menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya
kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka
juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif). Dia cenderung
tidak emosional dan lebih menyukai bekerja yang berhubungan dengan benda dari
pada manusia, masalah sosial atau hubungan antar pribadi.
Mata pelajaran yang yang diminati adalah bidang
IPA dan teknik. Mereka biasanya lebih banyak bertanya “How?”. Peran dan
fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai seorang
Coach, yang dapat menyediakan praktik terbimbing dan dapat
memberikan umpan balik yang tepat.
4.
Tipe Accomodator
Tipe ini perpaduan antara Concrete Experience
(CE) dan Active Experimentation (AE) atau dengan kata lain
kombinasi antara merasakan (feeling) dengan berbuat (doing).
Siswa tipe ini senang mengaplikasikan materi pelajaran dalam berbagai situasi
baru untuk memecahkan berbagai masalah nyata yang dihadapinya. Kelebihan siswa
tipe ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang
dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam
berbagai pengalaman baru yang menantang. Dalam usaha memecahkan masalah, mereka
biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan/informasi)
dibanding analisa teknis. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan
intuisi/dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis, sering
menggunakan trial and error dalam memecahkan masalah, kurang sabar
dan ingin segera bertindak. Bila ada teori yang tidak sesuai dengan fakta
cenderung untuk mengabaikannya. Mata pelajaran yang disukainya yaitu berkaitan
dengan lapangan usaha (bisnis) dan teknik.
Mereka biasanya lebih banyak bertanya “What
if?”. Peran dan fungsi guru dalam berhadapan dengan siswa tipe ini
adalah berusaha menghadapkan siswa pada “open-ended questions”,
memaksimalkan kesempatan siswa untuk mempelajari dan menggali
sesuatu sesuai pilihannya. Penggunaan Metode Problem-Based Learning tampaknya
sangat cocok untuk siswa tipe yang keempat ini.
PORTOFOLIO :
COOPERATIVE LEARNING 1
NAMA :
AH. ANIF WAHBULLAH
Pengertian
Cooperative learning 1
Menurut
Gagne merupakan kemampuan yang di capai seseorang melalui aktivitas. Perubahan
tersebut bukan di peroleh langsung dari proses pertumbuhan secara alamiah.[1]
Balajr dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik sosio menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya.[2]
Menurut kamus lengkap Cooperative mempunyai arti “bekerja bersama”
sedangkan learning mempunyai arti “belajar”.[3]
Pembelajaran Cooperative merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok untuk saling membantu dalam
mempelajari materi pembelajaran.[4]
Dari pengertian
di atas dapat diartikan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai 6 orang dengan
struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Dan dikatakan pula, keberhasilan
belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktifitas anggota kelompok,
baik secara individual maupun secara kelompok.
Lankah-langkah Cooperative
Learning
Fase-Fase
|
Perilaku Guru
|
Fase 1 :menyampaikan tujuan & mempersiapkan peserta didik
|
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peseta siap belajar
|
Fase 2 : Menyajikan Informasi
|
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
|
Fase 3 : Mengorganisir pesert didik kedalam tim-tim belajar
|
Memberikan penjelasan tentang tatacara pembentukan tim, membantu
kelompok. Melakukan transisi yang efisisen.
|
Fase 4 : membantu kerja tim dan belajar
|
Membantu tim belajar selama mengerjakan tugas
|
Fase 5 : mengevaluasi
|
Mengyji peserta didik tentang materi pembelajaran atau kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Fase 6 : Memberikan penghargaan
|
Mempersiapkan cara untuk mengakui prestasi individu atau
kelompok.
|
A.
Manfaat
Cooperative Learning
Dapat menghasilkan belajar akademik yang memuaskan, bisa menerima
terhadap keragaman, dan dapat pengembangan ketrampilan sosial.[5]
[1] Agus
Suprijono, 2011. Cooperative Learning, teori & aplikasi PAIKEM,
yogyakarta : pustaka pelajar. Hal.02
[2]Ibid.Hal. 03
[3] Prof.Drs, S.wojowasito, W.I.S.poerdaminta. Kamuslengkap,
Bandung :HASTA, 1980.hlm.32
[4]Robert S.slavin, Cooperatif Learning, yogyakarta
:PUSTAKA PELAJAR.2009,hlm.54
[5] http://tepenr06.wordpress.com/2011./09/05/manfaat-pembelajaran-kooperatif/
PORTOFOLIO :
COOPERATVE LEARNING 2
NAMA :
AH ANIF WAHBULLAH
A.
Metode
Cooperative Learning
1.
TGT
( Turnamen Game Tim ) merupakan metode pembelajaran yang menggunakan turnamen
akademik dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemjuan individu dimana para
siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain.[1]
2.
Jigsaw
( Teka-Teki ) adalah
suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam
satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan
mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.[2]
Jigsaw
sendiri merupakan metode yang di awali dengan pengenalan topik yang akan di
bahas oleh guru.[3]
3.
The
Power Of Two metode ini di awali dengan mengajukan pertanyaan atau juga bisa di
sebut dengan menggabungkan dua kekuatan untuk meningkatkan belajar kolaboratif.[4]
B.
Penerapan
Metode.
1.
TGT
1.
Presentasi
Kelas
2.
Skor
kemajuan individu untuk memacu para peserta didik untuk semakin giat dalam
belajar.
3.
Games
atau pertanyaan-pertanyaan yang konteksnya menguji para peserta didik.[5]
2.
Jigsaw
1.
Guru
memberikan kuis untuk siswa secara individual
2.
Guru
memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolhan nilai peningkatan hasil belajar.[6]
3.
The
Power Of Two
1.
Berikan
siswa satu atau lebih pertanyaan yang memerlukan perenungan dan pemikiran
2.
Perintahkan
siswa untuk beberapa pertanyaan secara perseorangan.[7]
C.
Kelebihan
Dan Kekurangan
1.
TGT
Kelebihan
TGT lebih maningkatkan pencurahan waktu untuk tugas, motivasi belajar lebih
tinggih, hasil belajar lebih baik dan kekurangan TGT sulitnya mengelompokkan
siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.[8]
2.
Jigsaw
Kelebihan
jigsaw, dapat mengembangkan tingkahlaku kooperatif, dapat mengembangkan
kemampuan akademis siswa.mempererat hubungan yang lebih baik antar siswa,
kekuarang Metode Ini memerlukan waktu yang cukup lama, memerlukan persiapan
yang cukup matang, tidak efektif untuk siswa yang cukup banyak.[9]
3.
The
Power Of Two
Kelbihan
Metode Ini,mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan
kata-kata, kekuaranggan metode ini membutuhkan fasilitas, alat dan biaya.[10]
[2] Hidayat komaruddin. Active learning,101 strategi pembelajaran
aktif, yogyakarta:YAPENDIS,1996,Hml.195
[3] Agus Supriono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi
PAIKEM,yogyakarta, pustaka pelajar, Hml.89
[4]
http://adeputra85.blogspot.com/2011/03/model=pembelajaran-aktif-tipe-power-of-two_04.html
[5] Robert, S.Slavin, Cooperative Learning, Bandung : Nusa Media.2005
[6]
http://ilhamkarbela.blogspot.com/2012/05/pembelajaran-model-jigsaw.html
[7] Melvin L.siberman, Active Learning : 101cara siswa belajar aktif.
NUANSA, Bandung,2012,173-174
[8]
http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.com/2012/08/teams-geams-turnaments-tgt.html
[9] http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com
[10]
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/05/29/the=power-of-two-465865.html
PORTOFOLIO : Active Learning I
NAMA : Ah Anif Wahbullah
A.
Active
Learning
Lebih dari 2400 tahun yang lalu
Confucius menyatakan:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya paham
Mel Silberman memodifikasi dan memperluas pernyataan
Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan
dengan beberapa teman lain, saya mulai paham
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya
memperoleh pengetahuan dan keterampilan
Active Learning merupakan belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar baik secara fisik, mental,
intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal.[2]
Secara bahasa active learning merupakan istilah dan bahasa inggris
yang terdiri dari dua kata yaitu active dan learning, dari kata active sendiri
dalam kamus bahasa indonesia sama dengan “aktif” yang merupakan hasil dari
pencapuran dari bahasa inggris. Sementara kata learning dalam kamus bahasa
inggris berarti “pembelajaran” dan kesimpulannya “active learning merupakan
sebuah arti dari kata “pembelajaran aktif”.[3]
Dalam standar proses pendidikan pembelajaran di rancang untuk
pembelajaran siswa atau juga sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai
subjek belajar.[4]
Active Learning strategi merupakan keterlibatan intelektual,
emosional dalam kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan, asimilasi
akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman
langsung terhadap siswa itu sendiri (Free Back) dalam pembentukan ketrampilan
dan penghayatan serta nilai-nilai dalam pembentukan sikap.[5]
B.
Langka
Active Learning
Lanka-Langka
|
Perilaku guru
|
Langka 1 : Memberikan pengenalan tentang permalahan pada peserta
didik.
|
Guru menyampaikna tujuan
pembelajaran untuk terlibat dalam permasalahan.
|
Langka 2 :
mengorganisasikan untuk meneliti
|
Guru membantu
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar.
|
Langka 3 :
Membantu investigasi mandiri dan kelompok
|
Guru
mendorong pesera didik untuk mendapatkan informasi.
|
Langka 4 :
mengembangkan dan mempresentasikan
|
Guru membantu
merencanakan dan mempersiapkan.
|
Langka 5 :
menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
|
Guru membantu
melakukan refleksi terhadap investigasinya.[6]
|
C.
Kelebihan
Dan Kekurangan
Kelebihan dalam Active
Learning, peserta didik lebih termotifasi, Partisipasi oleh seluru kelompok
belajar,reseptif meningkat.[7]
dan Kekurangan Active Learning keterbatasan maetri, peralatan dan sumberdaya,
membutuhkan waktu lebih lama.
[1] Ali
Muhtadi. Implementasi Konsep Pembelajaran “Active Learning” Sebagai Upaya Untuk
Meningkatkan Keaktifan Mahasiswa Dalam Perkuliahan. Yogyakarta. UNY. [Online]. Tersedia. staff.uny.ac.id/.../13....
[2] Drs. Moh. Uzer Usman Dan
Dra. Lilis Setiawan, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, PT
ROSDA KARYA, Bandung, 1993, 87.
[3] Prof. Dr. S.Wojowasito dan W.J.S
Poerwadarmita, Kamus lengkap inggris-indonesia indonesia-inggris. HASTA.
Malang, 1980
[4] Dr. Wina sanjaya, M.Pd, strategi
pembelajaran berorientasi Standar Preoses Pendidikan, KENCANA, Bandung,
2006, 135.
[5]
http://en.wikipedia.org/wiki/active_learning#column-one
[6] Agus Suprijono, 2011. Cooperative Learning, teori & aplikasi
PAIKEM, yogyakarta : pustaka pelajar. Hlm.74
PORTOFOLIO : ACTIVE LEARNING 2
NAMA :
AH ANIF WAHBULLAH
Metode
Active Learning
1.
Snowbal
Throwing pelaksanaa metode ini melibatkan banyak siswa tugas guru hanya memberi
arahan awal mengenai topik yang akan di gunakan.[1]
2.
Penyelidikan
group metode ini menepatkan siswa kedalam kelompok untuk melakukan investigasi
terhadap suatu topik.[2]
3.
Kekuatan
Dua Orang metode ini menggabungkan dua kekuatan[3]
untuk meningkatkan kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari sinergi.[4]
4.
Pengambilan
Catatn Terbimbing merupakan metode yang menggunakan suatu bagan. Sebagai media
untuk membantu siswa dalam membuat catatan [5]
Penerapan
1.
Snowball
Throwing
-
Guru
menyampaikan materi yang akan di sajikan
-
Guru
membentuk siswa berkelompok.[6]
2.
Penyelidikan
Group
-
Guru
membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
-
Guru
menjelaskan tugas yang harus di kerjakan.
-
Guru
memanggil ketua kelompok untuk memberi materi tugas secra coopertatif dalam
kelompoknya.[7]
3.
The
Power Of Two
-
Berikan
siswa beberapa pertanyaan yang memerlukan perenungan dan pemikiran.
-
Perintahkan
siswa untuk menjawab pertanyaan secara perseorangan.
-
Kemudian
aturlah menjadi sejulah pasangan dan perintah mereka untuk berbagi jawaban satu
sama lain.[8]
4.
Pengambilan
Catatan Terbimbing
-
Memberi
peserta didik poin-poin penting dari pelajaran yang akan di bahas.
-
Mengosongkan
poin yang di anggap penting.[9]
A.
Kelebihan
5.
Snowball
Throwing
-
Siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran
-
Pembelajaran
menjadi lebih efektif
-
Aspek
koknitif, efektif, dan psiko motor dapat tercapai[10]
6.
Penyelidikan
Group
-
Memiliki
dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar anak
-
Meningkatkan
motivasi belajar siswa
-
Dapat
membuat suasana menjadi bekerjasama antar siswa[11]
7.
The
Power Of Two
-
Siswa
tidak terlalu menggantungkan guru
-
Mengembangkan
kemampuan mengungkapkan gagasan dengan kata-kata
-
Membantu
siswa agar dapat bekerjasama dengan orang lain[12]
8.
Pengambilan
catatan terbimbing
-
Muda
di gunakan
-
Bisa
memungkinkan siswa bisa lebih belajar aktif[13]
B.
Kekurangan
9.
Snowball
Throwing
-
Memerlukan
waktu yang panjang
-
Murid
yang nakal akan cenderung berbuat nakal
-
Kelas
seringkali gaduh karena kelompok dibuat oleh urid[14]
10.
Penyelidikan
Group
-
Sulit
di gunakan dalam pembelajaran kooperatif
-
Membutuhkan
waktu yang lama
-
Guru
membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama.[15]
11.
The
Power Of Two
-
Memerlukan
banyak pemikiran dan waktu
-
Membutuhkan
fasilitas yang lengkap
-
Saat
diskusi kelas terkadang didominasi seseorang[16]
12.
Pengambilan
catatan terbimbing
-
Guru
akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa
-
Sulit
beradaptasi pada metode pembelajaran yang baru
-
Membutuhkan
waktu yang cukup panjang[17]
[1]
http://mgmppknkabkuburaya.blogspot.com/2012/08/artikel-3-penerapan-metode-snowball.html
[2] http://www.m-kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-investigasion.html.
[3] http://adeputara
85,blogspot.com/2011/03/model-pembelajaran-aaktif-tipe-power-of_04.html
[4] http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/05/29/the-power-of-two-465865.html
[5]
Masalahpendidikandinegaraku.blogspot.com/2012/07/metode-pembelajaran-guided-note-taking.html
[6]
http://mgmppkuburaya.blogspot.com/2012/08/artikel-3-penerapan-metode-snow-boll.html
[7]
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-investigation.html
[8] Melvil L. Sibeman.Active Learning : 101cara
siswa belajar aktif, NUANSA. Bandung,2012.173-174
[9]
http://masalahpendidikandinegaraku.blogspot.com/2012/07/metode-pembelajaran-guided-note-taking.html
[10]
http://mgmppknkabkuburaya.blogspot.com/2012/08/artikel-3-penerapan-metode-snowball.html
[11]
http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-group-investigation.html
[12]
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/05/29/the-power-of-two-465865.html
[13]http://masalahpendidikandinegaraku.blogspot.com/2012/07/metode-pembelajaran-guided-note-taking.html
[14] Ibd
[15] Ibd
[16] Ibd
[17] Ibd
PORTOFOLIO
ACCELERATED LEARNING
NAMA : AH ANIF WAHBULLAH
Strategi
Accelerated Learning (Percepatan Belajar). Lozanov merumuskan pengertian
Accelerated Learning (Percepatan Belajar) sebagai enabling the
student to learn with impressive speed, title conscious, and a great deal of
pleasure (Deporter dalam Suparno, 2001:87). Didefinisikan sebagai suatu
strategi yang memungkinkan Peserta didik untuk belajar dengan kecepatan yang
mengesankan, dengan upaya yang normal, dan disertai kegembiraan. Cara-cara ini
menyatukan unsur-unsur: hiburan, wama, cara berfikir positif, kebugaran fisik,
dan kesehatan emosional untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.
Faktor
yang mempengaruhi proses pemercepatan belajar (accelerated learning) adalah:
1. Kecerdasan Intelektual
(Intelegence Quotient), berkaitan dengan kemampuan dalam bidang kata-kata.
2. Kecerdasan Emesional
(Emotional Quotient), berkaitan dengan kemampuan untuk mengenali perasaan,
memotivasi diri dan mengolah emosi.
3. Kecerdasan Spiritual
(Spiritual Quotient), berkaitan dengan kemampuan untuk berhubungan dengan
Tuhan, kemampuan mengelolah dan bertahan dalam kesulitan (Nggermanto, 2001:49).
Ketiga kecerdasan
tersebut perlu dikembangkan dalam proses belajar karena penegembangan secara
menyadar dari seluruh dimensi kecerdasan ini dapat menciptakan belajar menjadi
lebih mudah dan menyenangkan, serta mencapai kesuksesan dalam belajar. Untuk
mengembangkan ke tiga kecerdasan tersebut dalan proses-proses percepatan
belajar, di perlukan beberapa sirategi.
Menurut
Nggermanto (2001:55) dalam strategi Accelerated Learning terdiri dari
beberapa komponen, sebagai berikut:
1. Teknik menghafal cepat
teknik menghafal cepat merupakan cara menghafal lebih cepat sekaligus
meningkatkan daya ingat. Ada bebebrapa teknik menghafal cepat yaitu: sistem
cantol, menyanyi, gerakan, dan konsonan kreatif. Dalam penelitian ini akan di
khususkan dalam konsonan kreatif. Pusat-pusat dalam pelayaran dan perdangangan.
2. Teknik berpikir kreatif
: Berfikir kreatif harus memenuhi tiga syarat, yaitu: kreativitas melibatkan
respon yang lain, memecahkan persoalan secara realistis, dan kreativitas
mempertahankan in-sight yang orsinal, menilai dan mengembangkannya
sebaik mungkin.
NAMA :
AHMAD ANIF WAHBULLAH
Contextual Teaching and Learning
(CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun
pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis
dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan
agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek,
yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang
sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.
Menurut teori pembelajran
kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika siswa (peserta didik) memproses
informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap kedalam
benak mereka dan mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada
di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan
mencari makna dari hubungan individu dengan linkungan sekitarnya.
Dengan menerapkan CTL tanpa disadari
pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur
segala sesuatu di alam semesta, yaitu: 1) Prinsip Kesaling-bergantungan, 2)
Prinsip Diferensiasi, dan 3) Prinsip Pengaturan Diri.
Prinsip kesaling-bergantungan
mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta saling bergantung dan saling
berhubungan. Dalam CTL prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik
untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, dengan siswa-siswa,
dengan masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-bergantungan mengajak
siswa untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat, saling
mendengarkan untuk menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari
pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan pengalaman-pengalaman dari
masing-masing individu untuk mencapai standar akademik yang tinggi.
Kurikulum dan pengajaran yang
didasarkan pada strategi pembelajaran kontekstual harus disusun untuk mendorong
lima bentuk pembelajaran penting: Mengaitkan, Mengalami, Menerapkan, Kerjasama,
dan Mentransfer.
MENGAITKAN: Belajar dalam konteks pengalaman
hidup, atau mengaitkan. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan
konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian,
mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru. Kurikulum yang
berupaya untuk menempatkan pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup harus
bisa membuat siswa memperhatian kejadian sehari-hari yang mereka lihat,
peristiwa yang terjadi di sekitar, atau kondisi-kondisi tertentu, lalu
mengubungan informasi yang telah mereka peroleh dengan pelajaran kemudian
berusaha untuk menemukan pemecahan masalah terhadap permasalahan tersebut.
MENGALAMI: Belajar dalam konteks
eksplorasi, mengalami. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana
mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun
pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat
memanipulasi peralatan dan bahan-bahan dan untuk melakukan bentuk-bentuk
penelitian aktif.
MENERAPKAN: Menerapkan konsep-konsep
dan informasi dalam konteks yang bermanfaat bagi diri siswa. Siswa menerapkan
suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat
memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistik dan relevan.
KERJASAMA: Belajar dalam konteks
berbagi, merespons, dan berkomunikasi dengan siswa lain adalah strategi
pengajaran utama dalam pengajaran kontekstual. Siswa yang bekerja secara
individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang
bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan
sedikit bantuan. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari
materi, juga konsisten dengan dunia nyata. Seorang karyawan yang dapat
berkomunikasi secara efektif, yang dapat berbagi informasi dengan baik, dan
yang dapat bekerja dengan nyaman dalam sebuah tim tentunya sangat dihargai di
tempat kerja. Oleh karena itu, sanat penting untuk mendorong siswa
mengembangkan keterampilan bekerja sama ini.
MENTRASFER: Belajar dalam konteks
pengetahuan yang ada, atau mentransfer, menggunakan dan membangun atas apa yang
telah dipelajari siswa. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar
dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.
Menurut Depdiknas untuk
penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu
konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning),
masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi
(reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic).
PORTOFOLIO : Model Pembelajaran
Quantum Teaching
NAMA : AHMAD ANIF WAHBULLAH
Istilah quantum, pada awalnya hanya
digunakan oleh pakar fisika modern menjelang abad 20, kemudian berkembang
secara luas merambat ke bidang-bidang kehidupan manusia lainnya. Dalam bidang
pendidikan, muncul konsep belajar quantum yang berupaya untuk meningkatkan proses
pembelajaran, baik yang bersifat individual maupun kelompok. Saat ini, mulai
dirasakan bahwa kehidupan individu dan organisasi, bisnis atau social, sedang
menghadapi tantangan global, yakni perubahan besar-besaran dalam music seluruh
aspek, misal sekolah.
Quantum Teaching merupakan metode
pembelajaran yang menyenangkan serta menyertakan segala dinamika yang menunjang
keberhasilan pembelajaran itu sendiri dan segala keterkaitan, perbedaan,
interaksi serta aspek-aspek yang dapat memaksimalkan momentum untuk belajar.
Menurut Bobbi De porter, Quantum Teaching hampir sama dengan
sebuah simfoni yang di dalamnya banyak unsur atau faktor yang berpadu dan
mewarnai hasil akhir yang indah. Disinilah peran seorang pendidik akan sangat
menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Quantum Learning menggabungkan
sugestologi, teknik pemercepartan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan
metode kami sendiri.
Asas utama pembelajaran quantum
adalah Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia
Mereka.Konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan
Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” mengandung konsekuensi bahwa langkah
pertama yang harus dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah
membangun jembatan autentik memasuki kehidupan siswa, untuk mendapatkan hak
mengajar dari mereka.
Caranya yaitu dengan mengaitkan apa
yang diajarkan guru dengan peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari
kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademik siswa.
Setelah kaitan terbentuk, guru dapat menerapkan konsep “Bawalah Dunia Mereka
ke Dunia Kita”. Dalam konteks inilah materi pelajaran dibeberkan: kosa kata
baru, model mental, rumus, dan lain-lain.