Sabtu, 17 Agustus 2013

MULTIPLE INTELEGENCIES



 MULTIPLE INTELLIGENCIES

MAKALAH
Dipresentasikan dalam diskusi kelas
Matakuliah Model dan Strategi Pembelajaran
SEMESTER IV
Dosen Pembimbing
Imam Azhar, M. Pd.




Oleh :
Ah Anif Wahbullah



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUNAN DRAJAT
KRANJI PACIRAN LAMONGAN
2013









Kata Pengantar
Segala puja dan puji syukur yang sedalam-dalamnya senantiasa kami curahkan kepada Allah Swt. Semoga segala apa yang kita fikirkan tetap dalam koridor Ahlussunah Wal Jamaah dan semoga Dhikir tetap tersusun dalam hembusan nafas kita serta segala yang kita lakukan tetap sesuai dengan Pancasila.
Sholawat serta salam semoga tetap kepada junjungan kita, figur utama kita bergerak sepanjang masa, baginda nabi Muhammad Saw.
Dalam makalah Model dan Strategi Pembelajaran ini kami akan membahas tentang Multiple Intelligencies (kecerdasan majemuk)


 
DAFTAR ISI

Daftar Isi…………………………………………………………………………..……...... 1
BAB : I Pendahuluan
a.       Latar belakang…………………………………………………...………….            2
b.      Rumusan masalah……………………………………………...…………... 2
c.       Tujuan penulisan…………………………………………………………… 2
BAB : II Pembahasan
a.       Pengertian Multiple Intelegensi……………………………………. 3
b.      Jenis – Jenis Multiple Intelegensi…………………………………..  4
BAB III Penutup                                                                                                                       
a. Kesimpulan…………………………………………………………………. 7
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………            8











                                                                                                                                                      
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Anak adalah amanat dari Allah SWT yang harus dijaga dan dididik untuk mencapai keutamaan hidup dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semua bayi yang dilahirkan kedunia ini bagaikan sebuah mutiara yang belum di ukir dan belum di bentuk, tapi amat bernilai tinggi, maka kedua orang tualah yang akan mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan disenagi oleh orang.[1]
Pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting untuk didapatkan baik anak-anak, maupun dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Banyak sekali faktor-faktor yang berpengaruh dalam suksesnya suatu proses pendidikan sebagai contoh karakteristik individu pebelajar, dilihat dari aspek kecerdasan, psikologi dan biologis belajar itu sendiri.[2] Mengingat akan pentingnya pendidikan, lebih baiknya kita mengetahui hal-hal yang berhubungan tentang pendidikan, termasuk multiple intelegensi, yang insaallah dengan mengetahui multiple intelegen kita dapat mendeteksi posisi kecerdasan diri, dan itu akan membantu dalam proses pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian multiple intelegence ?
2.      Apakah Jenis – jenis intelegensi ?
3.       Bagaimana hasil penelitian terhadap multiple intelegensi ?

C. Tujuan Penulisan
1.    Menjelaskan pengertian multiple intelegence.
2.    Menjelaskan Jenis – jenis multiple intelegensi.
3.    Untuk mengetahui hasil penelitian terhadap multiple intelegensi





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Multiple Intelegensi
Teori Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences, MI) mulai diperkenalkan oleh Howard Garner pada tahun 1983 melalui bukunya yang berjudul Frames of Mind. Buku tersebut merupakan hasil penelitian panjang dari Gardner yang ia mulai sekitar tahun 1979. Waktu itu Howard Gardner menjadi salah seorang anggota yunior dari kelompok riset di Harvard Graduate School of Education yang diminta oleh Bernard Van Leer Foundation dari Den Haag untuk melakukan penelitian mengenai sifat alami dan realisasi potensi manusia. Tugas Gardner hanyalah menulis monograf mengenai apa yang telah diterima dalam ilmu pengetahuan manusia mengenai sifat alami manusia belajar (Gardner, 2003). Namun tugas itulah yang membawa Gardner pada ide tentang kecerdasan majemuk.
Semula Gardner mengira hasil karyanya terutama hanya akan diminati oleh mereka yang terlatih dalam disiplin ilmu psikologi perkembangan, dan terutama mereka yang mempelajari kecerdasan dari perspektif Piaget, atau dari perspektif penyusunan tes dan pengukuran. Namun ternyata Gardner keliru. Frames of Mind menarik perhatian banyak kalangan (Gardner, 2003).
Menurut Arnold dan Fonseca (2004) Teori Kecerdasan Majemuk Gardner yang disajikan sebagai perspektif kognitif dalam kecerdasan membawa implikasi yang besar untuk pendidikan pada umumnya. Jackson dan Brown (2009) juga menyebutkan bahwa Teori Kecerdasan Majemuk mengakui perbedaan individu sebagai suatu sumber daya, bukan sebagai suatu masalah. Sedangkan Anaduaka (2011) menyebutkan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk telah berkembang dan telah dianut secara luas dan telah ditemukan bahwa pendekatan ini sangat efektif dalam mengubah situasi pembelajaran menjadi lebih baik, dalam pengajaran dan pembelajaran mata pelajaran apa saja, Intelegensi bukalah sesuatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Dalam menartikan intelegensi ini, para ahli mempunyai pengertian yang beragam. Di antara pengertian intelegensi itu adalah sebagai berikut.
a.       C.P. Chaplin (1975)  mengartikan intelegensi itu adalah sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikn diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.
b.      Anit E. woolfolk (1995) mengemukakan bahwa menurut teori-teori lama, intelegensi itu meliputi tiga pengertian,yaitu (1) Kemampuan untuk belajar; (2) Keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; dan (3) Kamampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan.
c.       Binet (Sumadi., 1984)  menyatakan bahwa sifat hakikat intelegensi itu ada tiga macam, yaitu (a) kecerdasan untuk mempertahankan menetapkan dan mempertahankan tujuan tertetu. Semakin cerdas seseorang, akan semakin cakaplah dia membuat tujuan sendiri, mempunyai ini siatif sendiri tidak menunggu perintah saja; (b) kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan tersebut; (c) kemampuan untuk melakukan otokritik, kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.
d.      Raymon Cattel dkk. (kimble dkk., 1980) mengklasifikasi intelegensi ke dalam dua kategori, yaitu “fluid intelligence” yaitu tipe kemampuan analisis kognitif yang relative tidak dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya; (b) “crystallized inteligence”, yaitu keterampilan-keterampilan atau kemampuan nalar (berfikir) yang dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya.[3]

B.  Jenis – Jenis Multiple Intelegensi
1.    Linguistic Intelligence (Inteligensi bahasa atau verbal)
Intelegensi bahasa atau kata adalah kapasitas seseorang untuk menggunakan kata-kata secara efektif baik secara oral (seperti: penceritera, orator, atau politisi) atau secara tertulis (seperti: penyair, editor, jurnalis). Intelegensi ini meliputi ablitas untuk memanipulasi sintak atau struktur bahasa, fonologi, atau suara bahasa, makna atau semantik bahasa, dan demensi pragmatic atau penggunaan bahasa praktis. Beberapa penggunaan bahasa antara lain meliputi retorika, mnemonics, explanation, dan meta bahasa.
2.    Logical-Mathematical Intelligence (intelegensi logika dan matematik)
Intelegensi logika dan matematik merupakan kapasitas seseorang dalam menggunakan angka secara efektif (seperti: ahli matematika, akuntan pajak, ahli statistic), dan untuk menalar dengan baik (seperti: ilmuwan, programer komputer, atau ahli logika). Intelegensi ini memuat kepekaan dalam pola-pola logika dan hubungan, penyataan dan preposisi (jika-maka, sebab-akibat), fungsi dan hubungan-hubungan abstrak. Jenis-jenis pemrosesan informasi yang menggunakan intelegensi logika matematik terdiri atas: pengkategorian, klasifikasi, meramalkan, generalisasi, kalkulasi, dan uji hipotesis.
3.    Visual-Spatial Intelligence (Intelegensi spasial-visual)
Intelegensi spasial-visual adalah abilitas seseorang untuk merasakan dunia visual-spasial secara efektif (seperti pemburu, pengintai dan pemandu), dan untuk mentransformasi persepsi pada perilaku (seperti: decorator interior, arsitek, artis, pencipta). Intelegensi ini mencakup sensitivitas terhadap elemen warna, garis, bagian potongan, bentuk, ruang, dan hubungan yang terjadi antar elemen. Intelegensi ini juga merupakan kapasitas untuk memvisualisasi atau menyajikan ide dalam bentuk grafis visual atau spasial.
4.    Bodily-Kinesthetic Intelligence (Intelegensi bodi-kinestetik)
Intelegensi bodi merupakan keahlian seseorang dalam menggunakan keseluruhan tubuhnya untuk mengekspresikan ide dan perasaan (seperti: aktor, pelawak, atau badut, atlet dan penari), dan menggunakan tangan dengan mudah untuk menghasilkan atau mentransformasi sesuatu (seperti: ahli pembuat kapal, pemahat patung, ahli mekanik, dan ahli bedah). Intelegensi ini meliputi keterampilan fisik khusus seperti koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan gerak tubuh sebaik kapasitas proprioceptive, otot, dan haptic.
5.    Musical Intelligence (Intelegensi music)
Intelegensi music adalah kapasitas seseorang untuk merasakan (seperti pemusik afocinado), membedakan (seperti pengkritik musik), transformasi (seperti composer), dan mengekspresikan (seperti ahli pertunjukan) bentuk-bentuk musik. Seseorang dengan intelegensi musik kuat mempunyai pemahaman musik top-down (global, intuitif), pemahaman formal atau bottom-up (analitik, teknikal) atau keduanya secara baik.

6.    Interpersonal Intelligence (Intelegensi untuk berhubungan dengan orang lain)
Interpersonal atau intelegensi untuk berhubungan dengan orang lain adalah abilitas seseorang untuk merasakan dan membuat perbedaan dalam mood, intensi, motivasi, dan perasaan orang lain. Intelegensi ini mencakup sensitivitas terhadap ekspresi muka, suara, dan gesture, kapasitas untuk membedakan atara berbagai jenis cues interpersonal, dan abilitas untuk merespon secara efektif terhadap cues dalam beberapa cara prakmatik (seperti: untuk memepengaruhi kelompok orang agar mengikuti aturan atau garis tertentu).
7.    Intrapersonal Intelligence (Intelegensi intrapersonal atau intelegensi self)
Intelegensi intrapersonal atau intelegensi self adalah kemampuan self-knowledge seseorang dan abilitasnya untuk bertindak secara adaptif atas dasar pengetahuan. Intelegensi ini meliputi keakuratan seseorang dalam penggambaran diri (kekuatan dan kelemahan diri), kesadaran atas mood dari dalam, intense, motivasi, tempramen, dan keinginan, kapasitas untuk mendisiplin diri, pemahaman diri, dan penghargaan diri merespon secara efektif terhadap cues dalam beberapa cara prakmatik (seperti: untuk mempengaruhi kelompok orang agar mengikuti aturan atau norma tertentu).
8.    Naturalistic Intelligence (intelegensi naturalistik)
Intelegensi naturalistik adalah abilitas seseorang untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi pola-pola yang ada dalam alam. Intelegensi naturalistic barangkali dapat dilihat bagaimana cara seseorang berhubungan dengan lingkungannya dan peran yang dia mainkan dalam berhubungan dengan alam. Seseorang yang sensitif dengan perubahan pola musim atau kemampuan beradaptasi dengan alam barangkali merupakan ekspresi abilitas intelegensi naturalistik.
Berdasarkan pemahaman atas konsep MI(multiple intelegen) dan delapan intelegensi sebagaimana diuraikan di depan, maka ada empat poin pokok untuk memahami MI siswa. Empat poin pokok tersebut yaitu bahwa intelegensi siswa: (1) merupakan sesuatu yang dinamis, terus tumbuh dan berubah sepanjang hayat, dan bukan sesuatu yang statis yang dibawa sejak lahir, (2) intelegensi dapat diperbaiki, diperluas, dan diperkuat, (3) keterbatasan intelegensi dibuat oleh individu sendiri (Lazear, 1991), dan sebagian besar potensi intelegensi seseorang terpendam (laten) dan dapat ditingkatkan, dapat dibangun kembali, atau dikuatkan dengan cara dilatih (Perkins dan Grotzer, 1997).
Memperhatikan empat poin pokok dalam memahami MI siswa, ini berarti bahwa perkembangan jenis-jenis intelegensi setiap individu akan bervariasi kualitasnya. Relevan dengan simpulan ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap anak mempunyai tingkatan intelegensi yang berbeda untuk setiap jenisnya (Amstrong, 1993). Hasil survey terhadap 3064 orang di AS yang dilakukan MIDAS (2000) mendukung pendapat Amstrong tersebut, yaitu bahwa profil jenis intelegensi yang dominan kuat dimiliki mereka terdistribusi seperti dalam tabel berikut.






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Intelegensi sering diartikan sebagai kemampuan memecahkan masalah, menggunakan logika, dan berfikir kritis. Di bidang psikologi dan pendidikan, sebagian para ahli berpegang kuat pada pandangan bahwa intelegensi yang fenomenanya berwujud intelligence Quotient (IQ) merupakan karakteristik kemampuan umum untuk menjelaskan perbedaan tingkah laku dan belajar antar siswa. Di asumsikan bahwa setiap individu dapat diklasifikasikan menurut tingkatan intelegensinya.
Multiple Intelegense ada delapan jenis yaitu Linguistic Intelligence (Inteligensi bahasa atau verbal), Logical-Mathematical Intelligence (intelegensi logika dan matematik), Visual-Spatial Intelligence (Intelegensi spasial-visual), Bodily-Kinesthetic Intelligence (Intelegensi bodi-kinestetik), Musical Intelligence (Intelegensi music), Interpersonal Intelligence (Intelegensi untuk berhubungan dengan orang lain), Intrapersonal Intelligence (Intelegensi intrapersonal atau intelegensi self), Dan Naturalistic Intelligence (intelegensi naturalistik).
Penelitian tentang multiple intelegen sangat membantu di dalam proses pendidikan, Beberapa di antara praktik – praktik penting ayang dihasilkan oleh penelitian tentang multiple intelegen adalah pembelajaran berbasis permasalahan, simulasi dan permainan peran, diskusi aktif, dan tampilan visual.














DAFTAR PUSTAKA


Hamdani Ikhsadan A. Fuad Ikhsan. 1998.  Filsafat Pndidikan Islam. Bandung. Pustaka Setia.
Imam azhar, 2013. pengelolaan kelas dnari teoritis ke praktis. Yogyakarta. Insyira.
Syamsul yusuf. 2003. psikologi perkembangan anak dan remaja. Yogyakarta. Rceda.





[1] Hamdani Ikhsan dan A. Fuad Ikhsan, Filsafat Pndidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia, 1998. Hal.120
[2] Imam azhar, pengelolaan kelas dari teoritis ke praktis,Yogyakarta, Insyira,2013. Hal. 45
[3] Yusuf syamsul, psikologi perkembangan anak dan remaja, yogyakarta, Rceda, 2003. Hal.106



Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

- See more at: http://blog-triks.blogspot.com/2011/05/pasang-emoticon-di-kotak-komentar-versi.html#sthash.VCvcG6HH.dpuf