Sabtu, 17 Agustus 2013

artikel pembelajaran


PORTOFOLIO         : Mengenal Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran
NAMA                       : Ah Anif Wahbllah

A.    Pengertian Teori Belajar
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih banyak sampai ke liang lahat (al-hadits). Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan pebelajar (to make somenoe learn). Belajar bisa terjadi dimana saja; di rumah, di kelas, di lapangan, dll. Sementara pembelajaran berisikan berbagai rekayasa yang memungkinkan seseorang belajar.
Jadi dapat dikatakan Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.
B.     Macam-Macam Teori Belajar
1.      Behavioris
Menurut behavioris, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus (input) dan respon (output). Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Misalnya, siswa belajar membaca, ia tidak dianggap belajar jika ia belum bisa membaca meskipun ia telah hafal huruf A sampai Z, ia baru dianggap belajar jika ia mampu membaca (dari tidak bisa menjadi bisa membaca).
Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak dipakai didunia pendidikan ialah (Harley & Davies, 1978 dalam Toeti, 1997):
a.       Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si belajar ikut berpartisipasi secara aktif didalamnya
b.      Materi pelajaran dibentuk dalam bentu unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga si belajar mudah mempelajarinya
c.       Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si belajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum
d.      Setiap kali si belajar memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan. Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatan negatif

2.       Kognitivis
Menurut kognitivis, belajar adalah proses pemaknaan informasi baru dengan jalan mengaitkannya dengan struktur informasi yang telah ada. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya.Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Aliran ini berupaya mendesikripsikan apa yang terjadi dalam diri seseorang ketika belajar.
Sosok penting dalam teori belajar kognitif adalah Jean Piaget. Menurut beliau bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni 1). Asimilasi, 2). Akomodasi, dan 3). Equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuain berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah:
a.       Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang seseuai dengan cara berpikir anak.
b.      Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c.       Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d.      Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan berdiskusi dengan teman-temannya.
e.       Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

3.      Konstruktivis
Menurut konstruktivis, belajar adalah pengetahuan yang diperoleh dari hasil kostruksi manusia. Manusia mengkontruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai.
Bagi konstruktivis, Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.
Secara garis besar, prinsip-prinsip teori konstruktivistik adalah sebagai berikut:
a.       Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri (aktif dalam kegiatan belajar mengajar).
b.      Siswa menjadi pusat kegiatan dan guru sebagai fasiitator. Karena belajar merupakan suatu proses pemaknaan atau pembentukan pengetahuan dari pengalaman secara konkrit, aktivitas kolaboratif, refleksi serta interpretasi yang harus dilukukan oleh siswa sendiri.
c.       Sarana belajar dibutuhkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh agar mendapatkan pengetahuan yang maksimal.
d.      Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar yang menekankan pada ketrampilan proses baik individu maupun kelompok. Dengan cara ini, maka kita dapat mengetahui seberapa besar suatu pengetahuan telah dipahami oleh siswa.
Hal penting, pengajar yang behavioristik akan mengedepankan keseragaman demi keteraturan dan ketertiban melalui penegakan aturan, sedangkan pengajar yang konstruktivistik akan mengedepankan keragaman melalui penataan lingkungan belajar yang bebas (Degeng,2000).
PORTOFOLIO         : Multiple Intelligences
NAMA                       :AH. ANIF WAHBULLAH

Pengertian Multiple Intelegences
kemampuan untuk memecahkan suatu masalah; kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan; kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat (Howard Gardner). Melalui pengenalan akan Multiple Intelligences, kita dapat mempelajari kekuatan/ kelemahan anak dan memberikan mereka peluang untuk belajar melalui kelebihannya.

Tujuan:
anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi dunia, bekerja dengan ketrampilan sendiri dan mengembangkan kemampuannya sendiri.

Macam-macam Multiple Intelligences
Kecerdasan Linguistik
·         1. Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca; Mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu komunikasi verbal; Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca karya orang lain; Mampu menulis dan berbicara secara efektif; Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau melakukan perbaikan pada karya tulis;
·         2. Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui diskusi, ataupun debat; Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan; Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata.

Profesi: pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum, pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator, pembawa acara di radio / TV, dan sebagainya
Kecerdasan Logika –Matematika

·         Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.
·         Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.
·         Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.
·         Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman komputer, metode riset.
·         Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat hipotesis, merumuskan dan membangun argumentasi kuat.
·         Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan hukum.
Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek yang konkret
Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis / programer komputer, ahli ekonomi, teknisi, guru IPA / Fisika, dan sebagainya.

·         Kecerdasan
Intrapersonal
·          
·         Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup.
·         Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar yang berkelanjutan dan mau
·         meningkatkan diri.
·         Mengembangkan konsep diri dengan baik.
·         Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog atau di jalur spiritual.
·         Tertarik pada arti hidup, tujuan hidup dan relevansinya dengan keadaaan saat ini.
·          
Mampu menyelami / mengerti kerumitan dan kondisi manusia
Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyalurkan pikiran dan perasaan.
·          



·          
.
Profesi: ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi, perencana program, pengusaha, dan sebagainya.

Kecerdasan Interpersonal
·         Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin hubungan sosial.
·         Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang lain.
·         Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi dengan efektif, baik secara verbal maupun non-verbal.
·         Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok yang berbeda, mampu menerima umpan balik yang disampaikan orang lain, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.
·         Mampu berempati dan mau mengerti orang lain.
·         Mau melihat sudut pandang orang lain.
·         Menciptakan dan mempertahankan sinergi.

Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia / humas, penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli psikologi, tenaga penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya.


Kecerdasan Musikal
·         Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan alat musik.
·         Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara.
·         Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu.
·         Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu.
·         Mampu menciptakan komposisi musik.
·         Senang improvisasi dan bermain dengan suara.
·         Menyukai dan mampu bernyanyi.
·         Tertarik untuk terjun dan menekuni musik, baik sebagai penyanyi atau pemusik.
·         Mampu menganalisis / mengkritik suatu musik.

Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi musik, penulis lagu, insinyur studio musik, dirigen orkestra, penyanyi, guru musik, penulis lirik lagu, dan sebagainya.

Kecerdasan Visual – Spasial
·         Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung.
·         Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual lainnya.
·         Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif.
·         Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya.
·         Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan manipulasi.
·         Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek, bentuk, dan warna.
·         Menggunakan bantuan gambar untuk membantu proses mengingat.

Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis, desainer interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan sebagainya
Kecerdasan Kinestetik – Jasmani
·         Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara trampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, dan mampu bekerja dengan baik dalam menangani objek.
·         Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak.
·         Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play, permainan yang menggunakan fisik.
·         Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat.
·         Suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang sedang dipelajari.
·         Suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap apa yang dialami atau dilihat.

Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli mekanik / montir, tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari, atlet profesional, dan sebagainya
Kecerdasan Naturalis

·         Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek alam, tanaman atau hewan.
·         Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia.
·         Mampu mengenali pola di antara spesies.
·         Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani.
·         Senang memelihara tanaman, hewan.
·         Suka menggunakan teleskop, komputer, binocular, mikroskop untuk mempelajari suatu organisme.
·         Senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna.
·         Senang melakukan aktivitas outdoor, seperti: mendaki gunung, scuba diving (menyelam).

Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung, pengurus organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna / flora, penjaga museum zoologi / botani dan kebun binatang, dan sebagainya.
Kita semua berbeda karena kita semua memiliki kombinasi kepandaian yang berbeda. Bila kita mampu mengenalinya, saya kira kita akan mempunyai setidaknya sebuah kesempatan yang bagus untuk mengatasi berbagai masalah yang kita hadapi di dunia.



PORTOFOLIO         : GAYA BELAJAR SISWA
NAMA                       : AH. ANIF WAHBULLAH

Dalam proses pembelajaran, seorang guru seyogyanya dapat memperhatikan karakteristik siswanya. Karakteristiktik siswa sesungguhnya memiliki cakupan yang luas. Salah satu karakteristik siswa yang perlu diperhatikan guru dan akan mewarnai  terhadap efektivitas belajar dan pembelajaran yaitu berkenaan dengan gaya belajar siswa.
Secara sederhana, gaya belajar siswaatau student learning style dapat diartikan sebagai karakteristik kognitif, afektif, dan perilaku psikologis seorang siswa tentang bagaimana dia memahami sesuatu, berinteraksi dan merespons lingkungan belajarnya, yang bersifat  unik dan relatif stabil.
Dalam berbagai literatur tentang belajar dan pembelajaran, kita akan menjumpai sejumlah konsep tentang gaya belajar siswa, dan salah satunya adalah gaya belajar sebagaimana dikemukakan oleh David Kolb, salah seorang ahli pendidikan dari Amerika Serikat, yang mempopulerkan teori belajar “Experiential Learning” .
Kolb mengklasifikasikan Gaya Belajar Siswa ke dalam empat  kecenderungan utama yaitu:
1.      Concrete Experience (CE). Siswa  belajar melalui perasaan (feeling), dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret,  lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain.  Siswa melibatkan diri sepenuhnya melalui pengalaman baru,  siswa  cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang dihadapinya.
2.      Abstract Conceptualization (AC). Siswa belajar melalui pemikiran (thinking) dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Siswa menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat, dengan mengandalkan pada perencanaan yang sistematis.
3.      Reflective Observation (RO). Siswa belajar melalui pengamatan (watching), penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Siswa akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk opini/pendapat, siswa mengobservasi dan  merefleksi pengalamannya dari berbagai segi.
4.      Active Experimentation (AE). Siswa belajar melalui tindakan (doing), cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Siswa akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya. Siswa menggunakan teori untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan .
Selanjutnya Kolb mengemukakan, bahwa setiap individu  tidak didominasi oleh satu gaya belajar tertentu secara absolut, tetapi cenderung membentuk  kombinasi dan konfigurasi gaya belajar tertentu,  yang diklasifikasikannya ke dalam 4 (empat)  tipe:
1.      Tipe Diverger.
Tipe ini perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan  Reflective Observation (RO), atau dengan kata lain kombinasi dari perasaan (feeling) dan pengamatan (watching). Siswa dengan tipe Diverger memiliki keunggulan dalam kemampuan imajinasi dan melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang yang berbeda, kemudian menghubungkannya menjadi sesuatu yang bulat dan utuh. Pendekatannya pada setiap situasi adalah “mengamati” dan bukan “bertindak”.  Siswa seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide  dan gemar mengumpulkan berbagai informasi, menyukai isu tentang kesusastraan, budaya, sejarah, dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Mereka biasanya lebih banyak bertanya “Why?”. Peran dan fungsi  guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai Motivator.
2.      Tipe Assimilator.
Tipe kedua ini  perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC)  dan  Reflective Observation (RO) atau dengan kata lain kombinasi dari pemikiran  (thinking) dan pengamatan (watching). Siswa dengan tipe Assimilator memiliki keunggulan dalam memahami dan merespons berbagai sajian informasi serta mengorganisasikan merangkumkannya dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas.  Biasanya siswa  tipe ini cenderung lebih teoritis, lebih menyukai bekerja dengan ide serta konsep yang abstrak,  daripada bekerja dengan orang.   Mata pelajaran yang yang diminatinya adalah bidang sains dan matematika.  Mereka biasanya lebih banyak bertanya “What?”.  Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai seorang Expert.
3.      Tipe Converger.
Tipe ini  perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC)  dan  Reflective Observation (RO) atau dengan kata lain kombinasi dari berfikir (thinking) dan berbuat (doing). Siswa mampu merespons terhadap berbagai peluang  dan mampu bekerja  secara aktif dalam setiap tugas yang terdefinisikan secara baik. Siswa  gemar  belajar bila menghadapi soal dengan jawaban yang pasti, dan  segera berusaha mencari jawaban yang tepat.  Dia mau belajar secara trial and error hanya dalam lingkungan yang dianggapnya relatif aman dari kegagalan.
Siswa dengan tipe Converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif). Dia cenderung tidak emosional dan lebih menyukai bekerja yang berhubungan dengan benda dari pada manusia, masalah sosial atau hubungan antar pribadi.
Mata pelajaran yang yang diminati adalah bidang IPA dan teknik. Mereka biasanya lebih banyak bertanya “How?”.  Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai seorang Coach,  yang dapat menyediakan praktik terbimbing  dan dapat memberikan umpan balik yang tepat.
4.      Tipe Accomodator
Tipe ini  perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan  Active Experimentation (AE)  atau dengan kata lain kombinasi antara  merasakan   (feeling) dengan berbuat (doing). Siswa tipe ini senang mengaplikasikan materi pelajaran dalam berbagai situasi baru untuk memecahkan berbagai masalah nyata yang dihadapinya. Kelebihan siswa tipe ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru yang menantang. Dalam usaha memecahkan masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan/informasi) dibanding analisa teknis. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi/dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis, sering  menggunakan trial and error dalam memecahkan masalah, kurang sabar dan ingin segera bertindak. Bila ada teori yang tidak sesuai dengan fakta cenderung untuk mengabaikannya. Mata pelajaran yang disukainya yaitu berkaitan dengan lapangan usaha (bisnis) dan teknik.
Mereka biasanya lebih banyak bertanya “What if?”.  Peran dan fungsi guru dalam berhadapan dengan siswa tipe ini  adalah berusaha menghadapkan siswa pada “open-ended questions”, memaksimalkan kesempatan siswa untuk mempelajari dan menggali  sesuatu  sesuai pilihannya. Penggunaan Metode Problem-Based Learning  tampaknya sangat cocok  untuk siswa tipe yang keempat ini.
PORTOFOLIO           : COOPERATIVE LEARNING 1
NAMA                        : AH. ANIF WAHBULLAH

Pengertian Cooperative learning 1
Menurut Gagne merupakan kemampuan yang di capai seseorang melalui aktivitas. Perubahan tersebut bukan di peroleh langsung dari proses pertumbuhan secara alamiah.[1]
Balajr dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya.[2]
Menurut kamus lengkap Cooperative mempunyai arti “bekerja bersama” sedangkan learning mempunyai arti “belajar”.[3]
Pembelajaran Cooperative merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok untuk saling membantu dalam mempelajari materi pembelajaran.[4]
Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai 6 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Dan dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktifitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
Lankah-langkah Cooperative Learning
Fase-Fase
Perilaku Guru
Fase 1 :menyampaikan tujuan & mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peseta siap belajar
Fase 2 : Menyajikan Informasi
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase 3 : Mengorganisir pesert didik kedalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan tentang tatacara pembentukan tim, membantu kelompok. Melakukan transisi yang efisisen.
Fase 4 : membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim belajar selama mengerjakan tugas
Fase 5 : mengevaluasi
Mengyji peserta didik tentang materi pembelajaran atau kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 : Memberikan penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui prestasi individu atau kelompok.

A.   Manfaat Cooperative Learning
Dapat menghasilkan belajar akademik yang memuaskan, bisa menerima terhadap keragaman, dan dapat pengembangan ketrampilan sosial.[5]



[1] Agus Suprijono, 2011. Cooperative Learning, teori & aplikasi PAIKEM, yogyakarta : pustaka pelajar. Hal.02
[2]Ibid.Hal. 03
[3] Prof.Drs, S.wojowasito, W.I.S.poerdaminta. Kamuslengkap, Bandung :HASTA, 1980.hlm.32
[4]Robert S.slavin, Cooperatif Learning, yogyakarta :PUSTAKA PELAJAR.2009,hlm.54

[5] http://tepenr06.wordpress.com/2011./09/05/manfaat-pembelajaran-kooperatif/

PORTOFOLIO           : COOPERATVE LEARNING 2
NAMA                        : AH ANIF WAHBULLAH

A.    Metode Cooperative Learning
1.      TGT ( Turnamen Game Tim ) merupakan metode pembelajaran yang menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemjuan individu dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain.[1]
2.      Jigsaw ( Teka-Teki ) adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.[2]
Jigsaw sendiri merupakan metode yang di awali dengan pengenalan topik yang akan di bahas oleh guru.[3]
3.      The Power Of Two metode ini di awali dengan mengajukan pertanyaan atau juga bisa di sebut dengan menggabungkan dua kekuatan untuk meningkatkan belajar kolaboratif.[4]
B.     Penerapan Metode.
1.      TGT
1.      Presentasi Kelas
2.      Skor kemajuan individu untuk memacu para peserta didik untuk semakin giat dalam belajar.
3.      Games atau pertanyaan-pertanyaan yang konteksnya menguji para peserta didik.[5]
2.      Jigsaw
1.      Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual
2.      Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolhan nilai peningkatan hasil belajar.[6]
3.      The Power Of Two
1.      Berikan siswa satu atau lebih pertanyaan yang memerlukan perenungan dan pemikiran
2.      Perintahkan siswa untuk beberapa pertanyaan secara perseorangan.[7]
C.     Kelebihan Dan Kekurangan
1.      TGT
Kelebihan TGT lebih maningkatkan pencurahan waktu untuk tugas, motivasi belajar lebih tinggih, hasil belajar lebih baik dan kekurangan TGT sulitnya mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.[8]
2.      Jigsaw
Kelebihan jigsaw, dapat mengembangkan tingkahlaku kooperatif, dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa.mempererat hubungan yang lebih baik antar siswa, kekuarang Metode Ini memerlukan waktu yang cukup lama, memerlukan persiapan yang cukup matang, tidak efektif untuk siswa yang cukup banyak.[9]
3.      The Power Of Two
Kelbihan Metode Ini,mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata, kekuaranggan metode ini membutuhkan fasilitas, alat dan biaya.[10]



[1] Robert, S.Slavin, Cooperative Learning, Bandung : Nusa Media.2005. Hal. 165
[2] Hidayat komaruddin. Active learning,101 strategi pembelajaran aktif, yogyakarta:YAPENDIS,1996,Hml.195
[3] Agus Supriono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM,yogyakarta, pustaka pelajar, Hml.89
[4] http://adeputra85.blogspot.com/2011/03/model=pembelajaran-aktif-tipe-power-of-two_04.html
[5] Robert, S.Slavin, Cooperative Learning, Bandung : Nusa Media.2005
[6] http://ilhamkarbela.blogspot.com/2012/05/pembelajaran-model-jigsaw.html
[7] Melvin L.siberman, Active Learning : 101cara siswa belajar aktif. NUANSA, Bandung,2012,173-174
[8] http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.com/2012/08/teams-geams-turnaments-tgt.html
[9] http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com
[10] http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/05/29/the=power-of-two-465865.html

PORTOFOLIO           : Active Learning I
NAMA                        : Ah Anif Wahbullah

A.      Active Learning
Lebih dari 2400 tahun yang lalu Confucius menyatakan:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya paham
Mel Silberman memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.[1]
Active Learning merupakan belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal.[2]
Secara bahasa active learning merupakan istilah dan bahasa inggris yang terdiri dari dua kata yaitu active dan learning, dari kata active sendiri dalam kamus bahasa indonesia sama dengan “aktif” yang merupakan hasil dari pencapuran dari bahasa inggris. Sementara kata learning dalam kamus bahasa inggris berarti “pembelajaran” dan kesimpulannya “active learning merupakan sebuah arti dari kata “pembelajaran aktif”.[3]
Dalam standar proses pendidikan pembelajaran di rancang untuk pembelajaran siswa atau juga sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar.[4]
Active Learning strategi merupakan keterlibatan intelektual, emosional dalam kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan, asimilasi akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap siswa itu sendiri (Free Back) dalam pembentukan ketrampilan dan penghayatan serta nilai-nilai dalam pembentukan sikap.[5]
B.     Langka Active Learning
Lanka-Langka
Perilaku guru
Langka 1 : Memberikan pengenalan tentang permalahan pada peserta didik.
Guru menyampaikna tujuan pembelajaran untuk terlibat dalam permasalahan.
Langka 2 : mengorganisasikan untuk meneliti
Guru membantu mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar.
Langka 3 : Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Guru mendorong pesera didik untuk mendapatkan informasi.
Langka 4 : mengembangkan dan mempresentasikan
Guru membantu merencanakan dan mempersiapkan.
Langka 5 : menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
Guru membantu melakukan refleksi terhadap investigasinya.[6]

C.     Kelebihan Dan Kekurangan
Kelebihan dalam  Active Learning, peserta didik lebih termotifasi, Partisipasi oleh seluru kelompok belajar,reseptif meningkat.[7] dan Kekurangan Active Learning keterbatasan maetri, peralatan dan sumberdaya, membutuhkan waktu lebih lama.


[1] Ali Muhtadi. Implementasi Konsep Pembelajaran “Active Learning” Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Keaktifan Mahasiswa Dalam Perkuliahan. Yogyakarta. UNY. [Online]. Tersedia. staff.uny.ac.id/.../13....
[2] Drs. Moh. Uzer Usman Dan Dra. Lilis Setiawan, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, PT ROSDA KARYA, Bandung, 1993, 87.
[3] Prof. Dr. S.Wojowasito dan W.J.S Poerwadarmita, Kamus lengkap inggris-indonesia indonesia-inggris. HASTA. Malang, 1980
[4] Dr. Wina sanjaya, M.Pd, strategi pembelajaran berorientasi Standar Preoses Pendidikan, KENCANA, Bandung, 2006, 135.
[5] http://en.wikipedia.org/wiki/active_learning#column-one
[6] Agus Suprijono, 2011. Cooperative Learning, teori & aplikasi PAIKEM, yogyakarta : pustaka pelajar. Hlm.74
[7] http://heheoye.wordpress.com/2011/06/22/active-learning-suatu-pendekatan-dalam-pembelajaran/
 
PORTOFOLIO           : ACTIVE LEARNING 2
NAMA                        : AH ANIF WAHBULLAH

Metode Active Learning
1.      Snowbal Throwing pelaksanaa metode ini melibatkan banyak siswa tugas guru hanya memberi arahan awal mengenai topik yang akan di gunakan.[1]
2.      Penyelidikan group metode ini menepatkan siswa kedalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik.[2]
3.      Kekuatan Dua Orang metode ini menggabungkan dua kekuatan[3] untuk meningkatkan kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari sinergi.[4]
4.      Pengambilan Catatn Terbimbing merupakan metode yang menggunakan suatu bagan. Sebagai media untuk membantu siswa dalam membuat catatan [5]
Penerapan
1.      Snowball Throwing
-          Guru menyampaikan materi yang akan di sajikan
-          Guru membentuk siswa berkelompok.[6]
2.      Penyelidikan Group
-          Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
-          Guru menjelaskan tugas yang harus di kerjakan.
-          Guru memanggil ketua kelompok untuk memberi materi tugas secra coopertatif dalam kelompoknya.[7]
3.      The Power Of Two
-          Berikan siswa beberapa pertanyaan yang memerlukan perenungan dan pemikiran.
-          Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan secara perseorangan.
-          Kemudian aturlah menjadi sejulah pasangan dan perintah mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain.[8]
4.      Pengambilan Catatan Terbimbing
-          Memberi peserta didik poin-poin penting dari pelajaran yang akan di bahas.
-          Mengosongkan poin yang di anggap penting.[9]


A.    Kelebihan
5.      Snowball Throwing
-          Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
-          Pembelajaran menjadi lebih efektif
-          Aspek koknitif, efektif, dan psiko motor dapat tercapai[10]
6.      Penyelidikan Group
-          Memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar anak
-          Meningkatkan motivasi belajar siswa
-          Dapat membuat suasana menjadi bekerjasama antar siswa[11]
7.      The Power Of Two
-          Siswa tidak terlalu menggantungkan guru
-          Mengembangkan kemampuan mengungkapkan gagasan dengan kata-kata
-          Membantu siswa agar dapat bekerjasama dengan orang lain[12]
8.      Pengambilan catatan terbimbing
-          Muda di gunakan
-          Bisa memungkinkan siswa bisa lebih belajar aktif[13]
B.     Kekurangan
9.      Snowball Throwing
-          Memerlukan waktu yang panjang
-          Murid yang nakal akan cenderung berbuat nakal
-          Kelas seringkali gaduh karena kelompok dibuat oleh urid[14]
10.  Penyelidikan Group
-          Sulit di gunakan dalam pembelajaran kooperatif
-          Membutuhkan waktu yang lama
-          Guru membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama.[15]
11.  The Power Of Two
-          Memerlukan banyak pemikiran dan waktu
-          Membutuhkan fasilitas yang lengkap
-          Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang[16]
12.  Pengambilan catatan terbimbing
-          Guru akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa
-          Sulit beradaptasi pada metode pembelajaran yang baru
-          Membutuhkan waktu yang cukup panjang[17]



[1] http://mgmppknkabkuburaya.blogspot.com/2012/08/artikel-3-penerapan-metode-snowball.html
[2] http://www.m-kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-investigasion.html.
[3] http://adeputara 85,blogspot.com/2011/03/model-pembelajaran-aaktif-tipe-power-of­_04.html
[4] http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/05/29/the-power-of-two-465865.html
[5] Masalahpendidikandinegaraku.blogspot.com/2012/07/metode-pembelajaran-guided-note-taking.html
[6] http://mgmppkuburaya.blogspot.com/2012/08/artikel-3-penerapan-metode-snow-boll.html
[7] http://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-investigation.html
[8] Melvil L. Sibeman.Active Learning : 101cara siswa belajar aktif, NUANSA. Bandung,2012.173-174
[9] http://masalahpendidikandinegaraku.blogspot.com/2012/07/metode-pembelajaran-guided-note-taking.html
[10] http://mgmppknkabkuburaya.blogspot.com/2012/08/artikel-3-penerapan-metode-snowball.html
[11] http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-group-investigation.html
[12] http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/05/29/the-power-of-two-465865.html
[13]http://masalahpendidikandinegaraku.blogspot.com/2012/07/metode-pembelajaran-guided-note-taking.html
[14] Ibd
[15] Ibd
[16] Ibd
[17] Ibd 
PORTOFOLIO
ACCELERATED LEARNING
NAMA : AH ANIF WAHBULLAH

Strategi Accelerated Learning (Percepatan Belajar). Lozanov merumuskan pengertian Accelerated Learning (Percepatan Belajar) sebagai enabling the student to learn with impressive speed, title conscious, and a great deal of pleasure (Deporter dalam Suparno, 2001:87). Didefinisikan sebagai suatu strategi yang memungkinkan Peserta didik untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan disertai kegembiraan. Cara-cara ini menyatukan unsur-unsur: hiburan, wama, cara berfikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.
Faktor yang mempengaruhi proses pemercepatan belajar (accelerated learning) adalah:
1. Kecerdasan Intelektual (Intelegence Quotient), berkaitan dengan kemampuan dalam bidang kata-kata.
2. Kecerdasan Emesional (Emotional Quotient), berkaitan dengan kemampuan untuk mengenali perasaan, memotivasi diri dan mengolah emosi.
3. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient), berkaitan dengan kemampuan untuk berhubungan dengan Tuhan, kemampuan mengelolah dan bertahan dalam kesulitan (Nggermanto, 2001:49).
Ketiga kecerdasan tersebut perlu dikembangkan dalam proses belajar karena penegembangan secara menyadar dari seluruh dimensi kecerdasan ini dapat menciptakan belajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan, serta mencapai kesuksesan dalam belajar. Untuk mengembangkan ke tiga kecerdasan tersebut dalan proses-proses percepatan belajar, di perlukan beberapa sirategi.
Menurut Nggermanto (2001:55) dalam strategi Accelerated Learning terdiri dari beberapa komponen, sebagai berikut:
1. Teknik menghafal cepat teknik menghafal cepat merupakan cara menghafal lebih cepat sekaligus meningkatkan daya ingat. Ada bebebrapa teknik menghafal cepat yaitu: sistem cantol, menyanyi, gerakan, dan konsonan kreatif. Dalam penelitian ini akan di khususkan dalam konsonan kreatif. Pusat-pusat dalam pelayaran dan perdangangan.
2. Teknik berpikir kreatif : Berfikir kreatif harus memenuhi tiga syarat, yaitu: kreativitas melibatkan respon yang lain, memecahkan persoalan secara realistis, dan kreativitas mempertahankan in-sight yang orsinal, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin.
 
NAMA                       : AHMAD ANIF WAHBULLAH

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.
Menurut teori pembelajran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari hubungan individu dengan linkungan sekitarnya.
Dengan menerapkan CTL tanpa disadari pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu: 1) Prinsip Kesaling-bergantungan, 2) Prinsip Diferensiasi, dan 3) Prinsip Pengaturan Diri.
Prinsip kesaling-bergantungan mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta saling bergantung dan saling berhubungan. Dalam CTL prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, dengan siswa-siswa, dengan masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-bergantungan mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu untuk mencapai standar akademik yang tinggi.
Kurikulum dan pengajaran yang didasarkan pada strategi pembelajaran kontekstual harus disusun untuk mendorong lima bentuk pembelajaran penting: Mengaitkan, Mengalami, Menerapkan, Kerjasama, dan Mentransfer.
MENGAITKAN: Belajar dalam konteks pengalaman hidup, atau mengaitkan. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru. Kurikulum yang berupaya untuk menempatkan pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup harus bisa membuat siswa memperhatian kejadian sehari-hari yang mereka lihat, peristiwa yang terjadi di sekitar, atau kondisi-kondisi tertentu, lalu mengubungan informasi yang telah mereka peroleh dengan pelajaran kemudian berusaha untuk menemukan pemecahan masalah terhadap permasalahan tersebut.
MENGALAMI: Belajar dalam konteks eksplorasi, mengalami. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan-bahan dan untuk melakukan bentuk-bentuk penelitian aktif.
MENERAPKAN: Menerapkan konsep-konsep dan informasi dalam konteks yang bermanfaat bagi diri siswa. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistik dan relevan.
KERJASAMA: Belajar dalam konteks berbagi, merespons, dan berkomunikasi dengan siswa lain adalah strategi pengajaran utama dalam pengajaran kontekstual. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari materi, juga konsisten dengan dunia nyata. Seorang karyawan yang dapat berkomunikasi secara efektif, yang dapat berbagi informasi dengan baik, dan yang dapat bekerja dengan nyaman dalam sebuah tim tentunya sangat dihargai di tempat kerja. Oleh karena itu, sanat penting untuk mendorong siswa mengembangkan keterampilan bekerja sama ini.
MENTRASFER: Belajar dalam konteks pengetahuan yang ada, atau mentransfer, menggunakan dan membangun atas apa yang telah dipelajari siswa. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic).

PORTOFOLIO         : Model Pembelajaran Quantum Teaching
NAMA                       : AHMAD ANIF WAHBULLAH
Istilah quantum, pada awalnya hanya digunakan oleh pakar fisika modern menjelang abad 20, kemudian berkembang secara luas merambat ke bidang-bidang kehidupan manusia lainnya. Dalam bidang pendidikan, muncul konsep belajar quantum yang berupaya untuk meningkatkan proses pembelajaran, baik yang bersifat individual maupun kelompok. Saat ini, mulai dirasakan bahwa kehidupan individu dan organisasi, bisnis atau social, sedang menghadapi tantangan global, yakni perubahan besar-besaran dalam music seluruh aspek, misal sekolah.
Quantum Teaching merupakan metode pembelajaran yang menyenangkan serta menyertakan segala dinamika yang menunjang keberhasilan pembelajaran itu sendiri dan segala keterkaitan, perbedaan, interaksi serta aspek-aspek yang dapat memaksimalkan momentum untuk belajar. Menurut Bobbi De porter, Quantum Teaching hampir sama dengan sebuah simfoni yang di dalamnya banyak unsur atau faktor yang berpadu dan mewarnai hasil akhir yang indah. Disinilah peran seorang pendidik akan sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepartan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode kami sendiri.
Asas utama pembelajaran quantum adalah Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka.Konsep Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka mengandung konsekuensi bahwa langkah pertama yang harus dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah membangun jembatan autentik memasuki kehidupan siswa, untuk mendapatkan hak mengajar dari mereka.
Caranya yaitu dengan mengaitkan apa yang diajarkan guru dengan peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademik siswa. Setelah kaitan terbentuk, guru dapat menerapkan konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita”. Dalam konteks inilah materi pelajaran dibeberkan: kosa kata baru, model mental, rumus, dan lain-lain.



- See more at: http://blog-triks.blogspot.com/2011/05/pasang-emoticon-di-kotak-komentar-versi.html#sthash.VCvcG6HH.dpuf